ZIARAH KE MUJAHID BESAR JAKARTA AS-SYAIKH KH DARIP, MACAN BETAWI DARI KLENDER JAKARTA TIMUR
Pada
era kemerdekaan nama Pejuang Sejati ini begitu sangat dikenal oleh
kawan maupun lawan. Bersama dengan KH Hasbullah Klender dan KH Noer Ali
Ujung Harapan kiprah mereka begitu dikagumi karena kegigihan
perlawanannya. Belanda bahkan menyebut ulama ini sebagai sosok yang
keras kepala. CRIBB seorang penulis sejarah bahkan mengkategorikan dirinya sebagai "Jagoan" pada era Revolusi.
Nama KH Darip sebenarnya sudah lama saya ketahui. Sejak SMA saya sudah
mengenal sejarahnya. Saya baru mulai serius mempelajari tentang beliau
setelah menemukan beberapa data sejarah yang tertulis di beberapa
catatan keluarga besar KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi. Nama KH
Darip ternyata masuk jaringan perjuangan keluarga besar keturunan
Mujahid Jayakarta yang tersebar di seantero wilayah. Domiisilinya yang
tidak jauh dari Jatinegara Kaum semakin menegaskan hubungan beliau
dengan kaum "Punti" mujahid Jayakarta (Jakarta). Fakta adanya hubungan
ini semakin kuat manakala saya dapati info dari Almarhum KH Murtadho
jika KH Darip ternyata murid dari Waliyullah Syekh Abdullah Ghani dari
Kayu Putih Jakarta Timur. Syekh Abdullah Ghani atau Guru Gani adalah
masih terhitung paman dari KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi.
Kecintaan saya terhadap beliau semakin kuat manakala pada sebuah tulisan
saya dapati kalau KH Darip pernah belajar silat di tanah kelahiran saya
Matraman. Aliran silat Matraman memang pada abad 19 dan awal abad 20
banyak dipelajari. Aliran silat ini adalah milik Pangeran Djoned bin
Pangeran Diponegoro.
KH Darip adalah sosok besar, perlawanannya terhadap Belanda dikenal
cukup berani, bagi beliau peluru Belanda hanya merupakan maenan anak
kecil. Beliau bahkan pernah berhadapan langsung dengan limpahan peluru
dan tank namun semua itu tidak berpengaruh apa apa buat beliau. Beliau
dalam sejarahnya dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Namun jangan
dikira, sekalipun rendah hati namun jika sudah berurusan dengan amar
ma'ruf nahi mungkar beliau bisa keras seperti Singa. Ulama lulusan
Mekkah ini memang dikenal berwatak tegas terhadap kezaliman penjajah.
Di akhir hidupnya, beliau berpesan agar dimakamkan di tanah kelahirannya
saja, beliau tidak ingin dimakamkan di TMP KALIBATA. Beliau tidak ingin
merepotkan yang ditinggalkan, padahal kalau beliau mau fihak TMP
Kalibata sudah menyiapkan liang lahat untuknya mengingat beliau adalah
seorang pejuang besar 45. Namun KH Darip tetaplah figur yang tawadhu,
baginya lebih bahagia jika dimakamkan di tanah Klender, bumi
kelahirannya...
Saya beruntung bisa berziarah ke makam Pahlawan Besar Betawi ini..
Al Fatehah untuk As-Syaikh KH Darip bin Kurdin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar