Rabu, 24 Mei 2017

Klender : HAJI DARIP TIDAK MEMILIKI CATATAN KEJAHATAN

Istilah jago pada awalnya melekat pada masalah perkelahian, sehingga jago diartikan sebagai juara berkelahi. Istilah tersebut kemudian berkembang, sehingga kata jago juga bisa dikaitkan dengan keunggulan.
Penduduk asli DKI Jakarta yakni orang Betawi memiliki jago-jago dengan dua pengertian tersebut. Mereka adalah aset Betawi dalam memperkaya khasanah kebudayaan dan sejarah nasional.
Pada abad 19, yang disebut jago Betawi, menurut Ridwan Saidi dalam bukunya Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, adalah semacam jawara kampung yang menjadi palang dade, benteng penghalang orang yang datang dari luar dan mencoba mengganggu keamanan kampung, atau yang mau "menjajal" kekuatan jago bersangkutan.
Jago Betawi adalah jago silat. Misalnya saja Ja`man dari Sawah Besar, Derahman Jeni dari Tanah Abang, dan Sa`abun dari Kemayoran. Jago Betawi tidak pernah "menjual" atau melontarkan tantangan, tetapi bersedia "membeli" jika ada yang "menjual".
"Tradisi tersebut bertahan terus sampai abad ke-20. Yaitu tradisi positif, ketika para jago tidak agresif, apalagi berbuat kriminal," kata Ridwan Saidi yang juga budayawan Jakarta.
Kemudian ada juga Muhammad Arif (Haji Darip) jago asal Klender yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. HAJI DARIP TIDAK MEMILIKI CATATAN KEJAHATAN. Berkat pasukan Haji Darip, gerak maju pasukan NICA ke arah timur, atau "front" Bekasi-Karawang, dapat dihadang.
Selain dikenal sebagai jago, Haji Darip juga dikenal sebagai seorang ulama dan muballigh. Sehingga dalam waktu singkat Haji Darip telah berhasil membimbing para pemuda pejuang yang terdiri dari segala lapisan untuk cinta kepada tanah air. Oleh sebab itu Haji Darip dijuluki 'Panglima Perang dari Klender' dan atau badan penggerak pembina potensi (BPPP) angkatan 45 dewan harian daerah (DHD) DKI Jakarta menganugerahinya dengan gelar 'Generalismo Klender 1945'. Reputasi Haji Darip di kalangan pejuang yang kian menjulang membuatnya terkenal dan didatangi para tokoh pejuang. Diantaranya Soekarno-Hatta, Sukarni, Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, Jo Abdurachman, Zus Ratulangie, Kartini Radjasa, Lasmidjah hardi, Ishaq Latief, Ahmad Yani, A.H.Nasution, Sadikin, dll. Bahkan Sukarni, Kamaludin, Syamsudin, dan Pandu Kartawiguna sampai menginap di kediamannya dalam rangka mengatur siasat pengusiran Jepang dari Jakarta hingga peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengas Dengklok Karawang. Haji Darip menjadi saksi hidup pada peristiwa Rengas Dengklok. Karna ia berada disana saat itu. Bahkan pada saat para tokoh menempatkan Bung Karno dirumah yang tidak layak di pinggir kali, Haji Darip megusulkan kepada Sukarni dan kawan-kawannya agar soekarno-hatta ditempatkan dirumah yang layak. Usulan Haji Darip pun didengar kawan-kawannya yang terdiri dari para tokoh pemuda sampai akhirnya soekarno-hatta ditempatkan dirumah warga etnis tionghoa bernama djie kiaw siong. Hal itu dilakukan Haji Darip sebagai bentuk penghormatan Haji Darip kepada Soekarno-Hatta yang dianggap sebagai calon pemimpin bangsa yang harus dihormati. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda bersama tentara sekutu Inggris berusaha kembali menjajah Indonesia. Haji Darip bersama pasukan BARA (Barisan Rakyat) Indonesia bersiap-siap untuk mempertahankan kemerdekaan sebagaimana yang diamanatkan Bung Karno saat rapat akbar di Klender. Daerah Klender waktu itu masih sangat sepi, apalagi malam hari. Sekitar daerah sana masih merupakan hutan lebat. Waktu itu siapapun yang ingin keluar dari Jakarta, harus berhadapan dengan blokade NICA. Para pemuda yang akan melakukan serangan disiapkan disalah satu markas di Lioneelaan, Jatinegara sebelum menuju sasaran. Haji Darip bersama-sama Pasukan BARA melakukan pertempuran di seluruh front di kota Jakarta. Suatu malam terjadi pertempuran di Bidara Cina dan stasiun Jatinegara. Maka untuk menjaga jangan sampai kehabisan peluru dan menghindarkan jatuhnya korban lebih banyak, API, Menteng 31, terpaksa mengundurkan diri ke daerah klender. Di Klender dihimpun kembali kekuatan API, banyak anak buah pasukan Haji Darip yang terpaksa mengundurkan diri dari daerah Jatinegara bergabung dalam API. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan markas. Mula-mula diusulkan di Cakung - Klender, atau di Tokubetsu-shi (kantor khusus Walikota) di bawah pimpinan Walikota Suwiryo. Haji Darip, terus mengadakan kontak dengan TNI yang kebanyakan masih berada siap tempur di markasnya masing-masing di daerah perbatasan kota. Inipun juga dalam rangka kesiap siagaan apabila perundingan mendapat jalan buntu.
Pada waktu Haji Darip selesai mengadakan pertemuan di Pondok Gede, ia mendapat kabar bahwa Klender telah diduduki oleh pasukan Belanda sebanyak 14 buah truk. Kemudian diadakan perjanjian antara keduanya, Karena tidak seimbang persenjataannya sehingga pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri ke pedalaman Cikarang, Karawang, hingga Purwakarta. Lalu Haji Darip membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia) Jakarta raya. Dengan pangkat Letnan Kolonel. Penasehat Batalyon AMPI/21/Resimen.7/Brigade 3 Kian Santang/Divisi 1 Siliwangi. Kesatuan BKR dan Haji Darip benar-benar melaksanakan pertempuran yang berhadapan, yaitu orang lawan orang. Pada tahun 1946 di Karawang terjadi penertiban pasukan laskar rakyat oleh resimen Sadikin. Resimen 6 dan resimen 7 dari mayor sadikin dan mayor omon masing-masing melakukan pengurangan jumlah batalyonnya hingga menjadi 3 batalyon. Sementara itu BPRI dari Haji Darip di masukkan menjadi tentara dalam salah satu resimen ini. Haji Darip dengan rela membubarkan pasukannya itu untuk digabungkan dengan TKR.
Selain Haji Darip juga ada Kyai Nur Ali Bekasi. Tokoh ulama itu memberikan sugesti agamawi bagi perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Di pusat kota, yaitu kawasan Senen dan sekitarnya ada Imam Syafi`i yang memimpin para pemuda Senen menghadapi "front" terdepan. Di Kramat Sentiong ada Icang yang pernah menggempur jantung pertahanan Belanda di markas Batalion 10 KNIL, Lapangan Banteng.
Mereka sebelumnya dikenal sebagai jago, dan tidak mempunyai catatan yang bernoda. Tatkala dibuka kesempatan bagi pemuda pejuang untuk memasuki ketentaraan maka Syafi`i dan Icang mendaftarkan diri sebagai anggota TNI. Adapun Haji Darip seusai revolusi fisik terjun dalam partai politik IPKI.
Kalau Icang tewas dalam tugas menumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948, maka Syafi`i di bidang militer mencapai pangkat Overste. Ia amat mengetahui liku-liku keamanan ibukota, dan ia banyak membantu tugas kepolisian.
Mungkin karena itu Bung Karno pada 1966 mengangkat Overste Imam Syafi`i sebagai menteri dalam Kabinet 100 Menteri.
Selain mereka itu, juga ada tipe jago yang lain di Betawi, misalnya M Husni Thamrin. Jumlah jago dengan tipe seperti M Husni Thamrin pada saat ini makin banyak dan bidangnya pun makin beragam.
Menurut Ridwan Saidi, Husni Thamrin dikenal sebagai tokoh yang pernah ikut serta mengatur pemerintahan kota Batavia di samping sebagai wet hounder, juga sebagai locobur germeester, orang yang mempunyai kekuasaan eksekutif yang bersifat lokal dalam arti penduduk pribumi, bukan dalam pengertian kewilayahan.
Orang Betawi lain yang pernah ikut menangani pemerintahan kota Jakarta adalah Syafi`ie yang menjadi wakil gubernur di zaman Ali Sadikin, dan Asmawi Manaf, wakil gubernur di zaman Tjokropranolo.
Saat ini muncul jago Betawi, yaitu Fauzi Bowo, yang akrab dipanggil Bang Foke. Dia menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta atau Gubernur DKI Jakarta, setelah sebelumnya ia menjadi wakil gubernur ketika Jakarta dipimpin Sutiyoso.
Di bidang ketentaraan juga ada putra Betawi yang pernah mencapai pangkat letnan jenderal. Ia adalah Letjen TNI (Purn) Muhammad Sanif. Semasa aktif, ia pernah menjabat Pangdam Bukit Barisan. Juga ada Mayjen TNI (Purn) H Nachrowi Ramli yang kini memimpin Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi.
Selain itu, putra-putra Betawi juga tercatat di bidang lain, seperti di bidang perbankan tampil Abullah Ali yang pernah menjadi Dirut Bank BCA, dan di bidang keilmuan mencuat nama Prof Dr MK Tadjudin yang pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (UI).
Zaman telah berubah. Masyarakat Betawi dengan segala kekenyalannya pun berubah. Namun yang pasti jago-jago Betawi itu selalu ada.
Salah satu wadah tempat berkumpulnya calon jago-jago Betawi itu adalah Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB). Organisasi ekstra kampus yang berdiri pada 1976 itu anggotanya terdiri atas para intelektual Betawi yang merupakan aset bangsa.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, mereka turut berperan di sejumlah bidang, seperti pemerintahan, parlemen, pendidikan, dunia usaha, dan kebudayaan. Jago-jago Betawi bakal terus bermunculan.


Sumber :

* http://www.antaranews.com/print/160927/jago-jago-betawi-bakal-terus-bermunculan
* Dien Majid, Darmiati "Jakarta-Karawang-Bekasi dalam gejolak revolusi perjuangan" 1999 Halaman 397.,
* Titiek W.S Majalah Dewi 1977.,
* Lintasan sejarah empat puluh empat tahun BKOW DKI Jakarta (Badan Kerja-sama Organisasi-Organisasi Wanita DKI Jakarta), 1998.,
* Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Yayasan Wirawati Catur Panca (Jakarta, Indonesia), 1992., "Lahirnya kelasykaran wanita dan Wirawati Catur Panca".,
* Lasmidjah Hardi, Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito.,
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997., " Perjalanan Tiga Zaman ".,
* Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1993., "Monumen dan patung di Jakarta Raya (Indonesia)".,
* Chaerul Saleh "Tokoh Kontroversial" tim penulis Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Bambang Soeprapto, 1993.,
* Sutrisno Kutoyo "Sejarah revolusi fisik Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta"., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.,
* Abdul Haris Nasution DISJARAH-AD, dan Penerbit Angkasa., "Sekitar
perang kemerdekaan Indonesia : Periode Linggarjati jilid4".,
* Angkatan Darat, Komando Daerah Militer V/Jaya., Dinas Sejarah Militer Kodam V/Jaya, 1975., "Sejarah perjuangan rakyat Jakarta, Tanggerang dan Bekasi dalam menegakkan kemerdekaan
R.I. Indonesia".,
* Lasmidjah Hardi, Yayasan 19 September 1945 (Jakarta, Indonesia),1983., "Samodera merah putih, 19 September 1945"., latar belakang, peristiwa IKADA dan dampaknya.
* Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45 Dewan Harian Daerah DKI Jakarta, 1985 "Riwayat Hidup Haji Darip".,
* G.J. Nawi  "Maen Pukulan,"Pencak Silat Khas Betawi".,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar