Seiring dengan berkepanjangannya tulisan-tulisan yang bersifat tendensius di media sosial mengenai Pahlawan Haji Darip kami mengajak dan menghimbau bagi siapa saja yang ingin menulis artikel di dunia maya dan media sosial lainnya atau melakukan riset, penelitian untuk karya ilmiah tentang kiprah pejuang kemerdekaan asal betawi Haji Darip Klender untuk mencermati beberapa literatur sejarah yang ada di blog ini yang berlatar belakang murni tanpa intrik atau unsur kepentingan pribadi serta politik.
Senin, 08 Mei 2017
Klender : Gusman Natawidjaja Maen Pukulan
Oleh : GJ. Nawi
*Maen Pukulan H.Darip Klender*
Kampung Klender merupakan rawa-rawa tak bertuan. Riwayat keberadaannya tak lepas dari di bukanya daerah jatinegara kaum oleh Pangeran Jayakarta dan para pengikutnya. Kini kampung Klender merupakan daerah setingkat kelurahan di kecamatan Klender. Tidak diketahui asal mula nama Klender. Menurut tuturan lisan yang masih perlu di kaji kebenarannya, kata Klender berasal dari kalender.
Pada masa revolusi fisik, Klender menjadi ajang pertempuran pasukan belanda dan laskar rakyat. Pasukan belanda menempatkan batalyon lengkap disana. Bahkan di tahun 1947 dibentuk pasukan elit HAMMOT ( Hare Majesteit's Ongeregelde Troepen ) atau pasukan liar ratu, bermarkas di kampung sumur Klender. Anggotanya direkrut dari warga Indonesia.
*Riwayat Maen Pukulan Kong H.Darip*
H.Darip adalah sosok fenomenal dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Pemimpin front perjuangan daerah timur ini dikenal berdedikasi tinggi, pantang menyerah, dan tanpa tedeng aling-aling terhadap penjajah. Sepak terjangnya sebagai jago maen pukulan tak diragukan lagi. Ia mampu menghimpun dan mengkoordinasikan para jago dan jagoan untuk patuh dan menjadi anak buahnya. Itu sebabnya ia dijuluki Panglima Perang dari Klender atau BPPP Angkatan 45 menganugerahinya dengan gelar Generalismo Van Klender 1945. Lahir di Klender pada tahun 1886 dengan nama Muhammad Arif, dari pasangan H.Kurdin١٣٦ bin Derun dan Hj. Nyai. Bungsu dari tiga bersodara ini tidak mengenyam pendidikan formal. Pendidikan non formal agama Islam ia dapat dari ayahandanya. Entah kepada siapa dia menimba ilmu maen pukulan١٣٧. Salah satu yang paling sering disebut sumber keilmuannya berasal dari Pangeran Kuncung. Konon sumber keilmuannya masih sejalur dengan banten dan cirebon, mengingat kumpi-kumpi (Leluhur) orang Klender masih keturunan jatinegara kaum. Pada tahun 1914 H.Darip menunaikan ibadah haji, lalu menetap dimekkah selama dua tahun untuk menuntut ilmu agama. Dalam perjalanan pulang dari mekkah, H.Darip transit dipulau sumatera. Beberapa kota sempat disinggahi termasuk Pangkal Pinang. Untuk kelangsungan hidupnya H.Darip bekerja sebagai kontraktor bangunan, tinggal di masjid dan terkadang menjadi marbot.di perantauan ilmu maen pukulan nya kian matang, berkat sering diuji oleh para praktisi berbagai aliran maen pukulan dari daerah lain. Sepulang dari rantau, di kampung halamannya, Klender, H.Darip bersama KH.Hasbiyallah dan KH.Mursyidi, mengawali perjuangannya disebuah musholla yang sekarang bernama Masjid Al Makmur. Pada masa revolusi fisik kemerdekaan RI, bersama rekan seperjuangan yang juga seorang jago, H.Hasbullah (Kakak KH.Hasbiyallah), Ia terpanggil untuk memimpin laskar rakyat BARA (Barisan Rakyat), yang beranggotakan para jago dan jagoan yang menguasai Klender, Pulogadung, hingga Bekasi. Karna karisma dan karomah ilmu yang dimilikinya, banyak jago dan jagoan tunduk kepadanya. Rumor yang berkembang saat itu, H.Darip memiliki ilmu supranatural dan kesaktian tinggi, sehingga membuat anak buahnya memiliki keberanian dan kebal terhadap senjata tajam serta peluru. Robert Cribb dalam bukunya sempat menyinggung soal "kesaktian" laskar BARA yang didapat dengan cara yang tidak wajar. Menurut rumor H.Darip menyuntikkan cairan merkuri ke pembuluh darah para anggota laskarnya, supaya memiliki ilmu kebal١٣٨. Keluarga H.Darip, yang diwakili H.U'ung menyanggah keras rumor tersebut. Sebagai orang yang memiliki karomah, H.Darip memberikan spirit, biasanya dalam bentuk ritual membacakan doa pada air yang akan digunakan untuk mensucikan diri, termasuk mandi dan wudhu. Para anggota laskar yang akan berperang di mandikan dengan air tersebut, selanjutnya dites dengan bacokkan golok disekujur badan sebagai bukti air itu meresap kedalam tubuh. Hal ini digunakan semata-mata ikhtiar meminta perlindungan Allah Swt. Upaya mengimbangi tentara jepang dan belanda yang lebih kuat dibidang persenjataan modern, sementara laskar BARA hanya bermodal keberanian, golok, serta tangan kosong. Usai perang kemerdekaan dan masa revolusi, timbul masalah baru menyangkut keamanan di ibukota dan sekitarnya, yang disebabkan masalah sosial (social malaise) kemiskinan, ketiadaan lapangan kerja, dan aparat kemanan serta pemerintahan yang belum berfungsi sepenuhnya. Zaman itu dikenal sebagai zaman Nogut (No Good). Kriminalitas dan dunia bawah / Onderwereld merajalela, mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat terutama di bidang ekonomi dan perniagaan. Tokoh sekelas H.Darip menjadi andalan para pelaku ekonomi dalam mencari perlindungan. Popularitas H.Darip sebagai jago mampu memberikan rasa aman dari gangguan para bandit, jagoan, dan tukang peras. Fotonya terpampang di toko-toko terutama milik pedagang dari kalangan etnis tionghoa. Para pelaku kriminal akan berpikir seribu kali untuk beraksi jika di sebuah toko terpampang fotonya.
Di mata keluarga H.Darip dikenal tertutup dan tidak pernah menceritakan perjuangannya dimasa lalu. Ia berbuat demi kemaslahatan masyarakat tanpa pamrih. Kehebatannya dimasa perjuangan lebih banyak diceritakan oleh Orang-orang diluar lingkungan keluarga, yang mungkin pernah berjuang bersamanya. Itupun kerap disangkal oleh H.Darip yang lebih memilih tawadhu. H.Darip bahkan enggan dan melarang anak-anaknya untuk menuntut kepada pemerintah agar diakui sebagai pejuang kemerdekaan atau pahlawan nasional. Walau demikian nama H.Darip secara administratif tercatat dalam Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45 / BPPP ANGKATAN 45.
Di akhir hidupnya H.Darip Lebih banyak berdakwah di Masjid Al Makmur. Pejuang sejati ini wafat pada hari sabtu 13 juni 1981, dan di makamkan di tanah wakaf Ar Rahman, Jl. Tanah Koja, Jatinegara Kaum, di samping makam salah seorang istrinya, Hj.Hamidah.
Bendera Merah Putih menghiasi pusaranya, sebagai tanda Ia seorang pejuang kemerdekaan.
Maen pukulan H. Darip awalnya tidak bernama. Para murid yang terdiri dari kerabat dan putranya, di antaranya H.U'ung menyebutnya hanya maen pukulan H. Darip.
*Jurus-jurus Maen Pukulan H. Darip*
Maen Pukulan H. Darip memiliki 15 Jurus dasar berikut ini :
1. Jurus Satu
2. Jurus Dua
3. Jurus Tiga
4. Empat Persegi
5. Empat Double
6. Binti Atas
7. Binti Bawah
8. Binti Double
9. Tiga Manis Atas
10. Tiga Manis Bawah
11. Ansena
12. Pancer Satu
13. Pancer Dua
14. Monyet Satu
15. Monyet Dua
Masing-masing jurus memiliki banyak pecahan dan aplikasi yang dapat terus di gali oleh setiap praktisi. Maen pukulan ini memiliki nilai estetis tinggi ketika di tampilkan dalam bentuk pertunjukan kesenian Palang Pintu.
*Ritual Tradisi Maen Pukulan H. Darip*
Ritual tradisi dalam maen pukulan H. Darip berupa persyaratan yang harus di penuhi calon murid sebelum belajar, yakni membayar mahar sepasang ayam kampung ( jago dan biang ), kemudian menjalani pengurutan. Zaman dulu, untuk syarat ayam kampung sebisa mungkin yang tinggalnya acap kali di atas pohon, hal ini di maksudkan ayam kampung yang masih liar, lincah dari segi gerakan.
*Ciri Khas Maen Pukulan H. Darip*
Maen pukulan H. Darip memiliki ciri khas dan karakter :
- Atraktif dengan konsep serang elak "hit and run" yang merupakan aplikasi dari filosofi ayam petarung dan jurus monyet.
- kecepatan serang elak, di sertai gerakan-gerakan estetis.
- Kuda-kuda variatif dari tinggi, sedang, hingga rendah.
Note :
*١٣٦* H. Kurdin memiliki nama poyokan Bengkur, yang di kenal sebagai jago maen pukulan dan centeng di Stasiun Kereta Api Klender.
*١٣٧* Kemungkinan H. Darip di ajari maen pukulan oleh ayahnya. Hal yang wajar pada masyarakat betawi apabila seorang jago maen pukulan menurunkan ilmu kepada anak lelakinya.
*١٣٨* Robert Cribb, *Para Jago Dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949*, jakarta 2010, hlm. 108, terjemahan dari buku asli *Gangster and Revolusionaries The Jakarta People's Militia and The Indonesian Revolution 1945-1949 (North Sydney, NSW: Asian Studies Association Of Australia, 1991)*
Sumber Tulisan : *GJ.Nawi Buku Maen Pukulan "Pencak Silat Khas Betawi", Hlm. 191 - 200, Jakarta 2016*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar