Seiring dengan berkepanjangannya tulisan-tulisan yang bersifat tendensius di media sosial mengenai Pahlawan Haji Darip kami mengajak dan menghimbau bagi siapa saja yang ingin menulis artikel di dunia maya dan media sosial lainnya atau melakukan riset, penelitian untuk karya ilmiah tentang kiprah pejuang kemerdekaan asal betawi Haji Darip Klender untuk mencermati beberapa literatur sejarah yang ada di blog ini yang berlatar belakang murni tanpa intrik atau unsur kepentingan pribadi serta politik.
Senin, 19 Juni 2017
KAROMAH HAJI DARIP PANGLIMA PERANG DARI KLENDER ( Bagian1)
Berikut ini adalah beberapa kisah sepercik karomah para Wali Alloh yang Dianugerahkan kepada Haji Darip didalam perjuangannya membela tanah air Indonesia.
1. HAJI DARIP MENADANGI PELURU DENGAN WADAH
Di kisahkan dari Kong Misan, putra pejuang Depok jawa barat bernama Kong Daeran. Beliau bercerita tentang apa yang disaksikan saat ikut berjuang bersama ayahnya dan Haji Darip di Karawang Jawa barat.
Saat pertempuran menghadapi pasukan Jepang di Bekasi, Kong Misan menyaksikan bagaimana Haji Darip menadangi peluru dengan wadah. "Kalau dia memang sakti, peluru saja ditadangin pake ember," kata Kong Misan saat berbincang http://denganmerdeka.com beberapa waktu lalu.
2. HAJI DARIP SELAMAT DARI RUDAL PESAWAT TEMPUR TENTARA INGGRIS
Di kisahkan dari salah seorang exponen pejuang 45 keturunan arab (75 th), asal cipinang jakarta timur bernama Qodri saat berbincang dengan warga setempat.
Pada saat itu ia bersama pasukan TKR dan Haji Darip sedang bertempur di jalur antara Karawang - Bekasi. Mereka dibuat takjub oleh Haji Darip saat menyaksikan rudal pesawat tempur Inggris yang mereka duga akan jatuh mengenai pasukan Haji Darip, namun rudal itu seperti berbelok sendiri berganti arah dan jatuh di tanah yang jauh dari penduduk.
3. HAJI DARIP TAHU AKAN DISERANG RUDAL/BOM/MORTIR KIRIMAN TENTARA BELANDA ATAU INGGRIS
Di kisahkan dari Istri Haji Darip yang bernama Ibu Sarfinah (84 th) saat berada di Purwakarta, tempat persembunyian Haji Darip.
Waktu itu, ibu sarfinah sedang masak. Tiba-tiba saja Haji Darip memerintahkannya untuk kemas-kemas buat pindah dan meninggalkan barang-barang seraya Haji Darip berkata "Sebentar lagi Belanda Mau Menyerang". Setelah mereka sudah keluar dari rumah persembunyiannya, kira-kira satu kilometer, bom jatuh tepat di rumah yang baru saja ditinggalin ibu sarfinah dan Haji Darip. Kemudian mereka pindah (masih di daerah Purwakarta) disebuah rumah besar milik orang Belanda yang berhasil diusir pasukan Haji Darip. Disini Haji Darip tinggal bersama empat orang istrinya.
4. HAJI DARIP KEBAL PELURU
Kemudian ketika Ibu Sarfinah dan Haji Darip beserta 10 orang pasukan Haji Darip hendak kembali ke Purwakarta setelah menemani Haji Darip menjumpai tokoh-tokoh dari badan-badan perjuangan di Jakarta. dipertengahan jalan, Ibu sarfinah dan Haji Darip beserta pasukannya bertemu satu kompi tentara Belanda. Terjadilah pertempuran. Kemudian Ibu sarfinah mengumpat disemak-semak, dan menyaksikan pertempuran itu secara langsung. Dimata ibu sarfinah, semua anak buah Haji Darip tewas tergeletak kecuali Haji Darip yang tetap berusaha melawan tanpa satu peluru pun yang bisa menembus badannya hingga Haji Darip berhasil melumpuhkan satu Kompi tentara Belanda itu hingga tewas.
5. TERJADI DUA HAJI DARIP PADA TANGGAL, BULAN, TAHUN, DAN JAM YANG SAMA
Di kisahkan dari seorang Exponen pejuang 45 asal jawa tengah. bercerita tentang masa-masa mendekam dipenjara Glodok bersama Haji Darip ketika tertangkap Belanda di Purwakarta.
"Pada waktu saya ditahan Belanda dipenjara Glodok Jakarta, lebaran tahun 1948 lamat-lamat saya masih ingat. pas pada waktu itu, tiga malam sebelum lebaran, seorang tokoh pejuang krawang-bekasi yang bernama Haji Darip yang legendaris, masuk kedalam kamar saya sebagai tahanan. orangnya kecil, dengan mata yang bersinar seperti mata burung elang, lengannya kecil tetapi sekeras rotan borneo, bahasanya halus, bibirnya selalu senyum, dan mulutnya selalu bergerak-gerak mengucapkan dzikir. Kami jadi bertujuh setelah kedatangannya. Ia sama sekali tak pernah berbicara soal perjuangan ataupun soal islam. bicaranya soal sawah dan soal kesulitan hidup para petani. Tetapi setiap hari ada saja kiriman makanan yang masuk untuk Haji Darip dan jumlahnya banyak dan cukup mewah untuk kami bertujuh. Pas pada waktu itu malem takbiran, ada gegeran. Selesai makam malam, Haji Darip terus saja sholat isya' dan berdzikir tanpa peduli kami. Tiba-tiba pintu barak kami dibuka dengan suara riuh rendah. Begitu terbuka, belasan serdadu KNIL dipimpin kepala penjara Glodok M Rappa, menyerbu masuk "Mana Haji Darip, mana Haji Darip", mereka seperti tak percaya bahwa Haji Darip dengan tenangnya masih berdzikir menghitung tasbihnya.
Mengapa mereka menyerbu masuk ?
ternyata pada malam itu, selesai berbuka puasa, satu kompi KNIL dihabisi oleh laskar Haji Darip yang dipimpin Haji Darip sendiri. Padahal kami berenam bersaksi, bahwa sejak pagi Haji Darip tak pernah beringsut dari tempat tidurnya. Ia duduk tak bergeming.
Apakah ada dua Haji Darip ?
ataukah seperti kata orang, Haji Darip bisa berada dimana-mana dalam waktu yang sama ?
* Kisah lain yang serupa datang dari seorang wanita pejuang asal Jakarta ibu Azizah (93th).
Ketika tentara Inggris dan Belanda hendak memasuki Klender, Haji Darip berunding bersama para pejuang lainnya dan bersiap melakukan perlawanan. Saat pasukan Haji Darip berangkat ke medan pertempuran, ia melihat Haji Darip masuk ke kamar dan menggantungkan baju yang dipakainya. Timbul tanda tanya didalam hatinya " ko', anak buahnya disuruh perang tapi dia (Haji Darip) malah masuk kekamar". Karna penasaran, Ia pun memberanikan diri mengintip kamar Haji Darip dan mencari tahu apa yang dilakukan Haji Darip didalam kamar. Dan ia mendapati bahwa Haji Darip tidur dikamar itu setelah menggantungkan bajunya. Lalu Ia hapuskan semua yang melintas dihati dan pikirannya dan meninggalkan kamar Haji Darip yang nampak tertidur lelap dan menyusul para pejuang yang lebih dulu menuju lokasi pertempuran. Setelah sampai di medan pertempuran para pejuang, ia dibuat kaget dengan keberadaan sosok Haji Darip yang berada tepat di depan barisan para pejuang yang sedang menggempur tentara Inggris dan Belanda dengan baju yang sama sebagaimana yang ia lihat pada saat Haji Darip memasuki kamarnya dan tidur. Disela suasana hati pikiran yang timbul berbagai prasangka dan tanda tanya "antara percaya dan tidak percaya", dan untuk memastikannya ia pun memutuskan untuk meninggalkan medan pertempuran dan kembali melihat kamar Haji Darip. Setelah sampai dikamar Haji Darip, Lagi-lagi ia dibuat kaget dengan keberadaan badan Haji Darip yang masih tertidur dan baju yang masih tergantung persis seperti saat pertama kali ia mengintip kamar Haji Darip.
6. HAJI DARIP SELAMAT DARI PERAMPOKAN
Di kisahkan dari sodara Tamin Amin dari kakeknya seorang exponen pejuang 45 asal Sunter Jakarta utara bernama Kong H.Mujitabah bin H.Kumpi Ri'i yang dulu turut bergabung berjuang bersama Haji Darip. suatu ketika selepas ba'da isya', Kong H.Mujitabah berangkat dari Sunter menuju rumah Haji Darip untuk melaksanakan tugas. Sesampainya di kediaman Haji Darip tepat pukul 2 pagi. Saat Kong H.Mujitabah memasuki pelataran rumah Haji Darip, ia melihat ada 3 pria sedang gelesor di pelataran rumah Haji Darip seperti orang yang sedang berenang. kemudian Kong H.Mujitabah bertanya kepada 3 pria tersebut "Bang, ente lagi pade ngapain ?", 3 pria itu tidak menjawab dan tetap dalam posisi berenang. Maka Kong H.Mujitabah segera menemui Haji Darip untuk memberitahukan keberadaan 3 pria tersebut yang berada dipelataran rumahnya. singkat cerita, Kong H.Mujitabah bersama Haji Darip dan para mujahid mendatangi 3 pria tersebut. lalu Haji Darip bertanya kepada 3 pria itu : "Ente, lagi pade ngapain ?"
3 laki-laki itu menjawab : "lagi berenang"
Haji Darip bertanya lagi : "mau kemane ?"
ke 3 laki laki itu menjawab : "Kerumah itu (masuk kerumah Haji Darip)"
Haji Darip betanya lagi : "Mau Ngapain ?"
3 laki-laki itu menjawab : "Mau Merampok".
Spontan para laskar menjadi geram mendengar jawaban terakhir ke 3 pria itu. Kemudian Haji Darip menenangkan para laskar. setelah semua sudah tenang, Haji Darip mengusap jidat ke 3 pria tersebut dan seketika itu juga mereka tersadar dan sangat terkejut disertai rasa takut karena di kelilinggi para laskar Haji Darip. Lalu mereka diberi minum oleh Haji Darip sambil bertanya : "ente, dari mane tong ?"
ke 3 laki itu menjawab : "Kami dari wetan (Daerah Bekasi)".
Maka Haji Darip memberitahu namanya dan kalau rumah yang mau di rampok adalah rumahnya. Dan ke 3 pria itu pun sujud ketakutan di kaki Haji Darip setelah tahu bahwa yang ingin di rampok ternyata Haji Darip.
Walloohu A'lam...
Demikianlah beberapa kisah sepercik karomah para Wali Alloh yang Di anugerahkan kepada Haji Darip karna kecintaan dan penghormatannya yang tinggi kepada Para Wali dari keturunan-keturunan Nabi Saw (para Habib dan Syarifah) sehingga ia berhasil menempuh jalan kesholehan dan ketawadluan dirinya didalam mengamalkan ilmu agama yang diketahuinya dan juga karna sifat bakti dan taatnya kepada Ayah, Ibu, serta Guru-gurunya yang memberitahukan jalan-jalan ke-Tuhanan kepadanya sehingga ia bisa beribadah kepada Tuhan Alloh Swt sebagaimana mestinya.
Semoga kita dapat memetik pelajaran dari kisah ini, dan memberi manfaat bagi kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Karenanya tetaplah kita berada pada jalan-jalan yang pernah dilalui para pendahulu kita. Yang mereka banyak diterpa kesulitan hidup namun tetap mampu mendekati, mencintai dan berkhidmat kepada para Ulama dan Habaib sehingga bagaimanapun sulitnya kehidupan mereka, tetap mereka dengar dan taat kepada para Ulama dan Habaib dan menghasilkan kita dengan segala kenikmatan yang dulu mereka perjuangkan. janganlah kita sekali-kali membenci, mengganggu, bahkan menyakiti mereka. terutama Ulama/Habaib/Syarifah yang memiliki garis keturunan Nabi Saw. Karna diantara sebab kemuliaan (karomah) Haji Darip didapat karna kecintaan, Penghormatan dan pendharma baktian Haji Darip yang tinggi kepada para Habaib/Syarifah.
Dan perlu dicatat !!! Haji Darip tidak kenal atau memakai Jimat/Isim atau ajian-ajian apapun. semua yang dialami Haji Darip dan disaksikan orang banyak itu murni karna karunia Alloh swt yang diberikan kepada Haji Darip sebagai HambaNYA yang mengerti agama lalu diamalkan dengan ikhlas hanya karna Alloh.
Admin, 24 Romadlon 1438 H
16 Juni 2017 M
Sabtu, 10 Juni 2017
Klender : Diskusi
- Penglurusan mengenai sepak terjang perjuangan Haji Darip yang banyak disebut menggabungkan praktek antara kriminalisme dan patriotisme. namun kenyataannya 'TIDAK' seperti yang banyak disebutkan itu.
- Keterangan mengenai surat yang dikirimkan Soekarno kepada Haji Darip yang dalam isi surat itu Soekarno meminta kepada Haji Darip untuk membantu mengatasi masalah rakyat yang susah diatur (diduga gerombolan Kartosoewiryo) yang berada di hutan-hutan/desa/pedalaman
- Didalam menghabiskan masa tuanya Haji Darip kembali kepada masyarakat di Klender dan mengamalkan (mengajarkan) ilmu yang didapat saat bermukim di Mekkah sambil juga menuntut ilmu kepada Ulama (Habaib) yang berada di Jakarta serta menjajakan dagangan berupa kain sarung di pasar Klender.
Klender : Kunjungan Ibu Sylviana Murni
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 nomor urut dua, Sylviana Murni, berziarah ke makam salah satu Pahlawan Betawi seusai menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di TPU Tanah Koja, Jatinegara Kaum, Jakarta, Rabu, 14 Desember 2016
Klender : Kunjungan Bapak Anies Baswedan
Calon Gubernur DKI Jakarta Periode 2017 Bapak Anis Baswedan Ziarah Ke Makam Haji Darip Dan Bersilaturahmi Dengan Warga Kp.Tanah Koja Jatinegara Kaum Pologadung Jakarta Timur.
29 Oktober 2016.
Klender : Kunjungan Ketua Umum Bamus Betawi
JAKARTA (SK) - Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) dan Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus) Betawi bertekad memperjuangkan Panglima Klender H Darip bin Kurdin menjadi Pahlawan Nasional. H Darip memenuhi kriteria menerima gelar pahlawan nasional.
Sebab, jika ditelusuri lebih mendalam sejarah pergerakan pejuang-pejuang Betawi, almarhum Darip melakukan perlawanan fisik menghadapi penjajah dengan gagah berani.
Bahkan H Darip yang dikenal memiliki ilmu kebal terhadap senjata api dan golok, telah banyak berjasa tehadap bangsa Indonesia, berjuang melawan kolonialisme di Tanah Betawi (dulu Batavia). Di masa mudanya, beliau mengajarkan ilmu pencak silat di Mekkah dan Madinah.
“Bamus Betawi mendukung penuh perjuangan Forkabi untuk mengusulkan kepada pemerintah agar memberi penghargaan pahlawan nasional kepada almarhum H Darip.
Beliau dikenal luas sebagai pejuang dari wilayah Koja Klender, yang secara fisik di eranya, terang-terangan melawan penjajah Belanda dan Jepang,” kata Ketua Bamus Betawi H Zaenudin MH saat menyampaikan sambutan ziarah di makam pejuang Betawi H Darip bin Kurdin di TPU Tanah Koja, Klender, Pulaugadung, Jakarta Timur, Kamis (25/8).
Ketua Umum Forkabi H Nachrowi Ramli melalui Sekretaris Jenderal Forkabi Muhammad Ichsan menambahkan, segala persyaratan yang diatur oleh pemerintah untuk mengajukan permohonan gelar pahlawan bagi H Darip bin Haji Kurdin akan segera dipenuhi.
“Forkabi, Bamus Betawi dan ormas Betawi yang lain akan segera rapat bersama untuk mencapai kesepakatan guna mengajukan nama H Darip bin Kurdin memperoleh gelar Pahlawan Nasional,” kata Muhammad Ichsan.
Ia menambahkan, Peraturan Daerah (Perda) No 1 Tahun 2015 tentang Muatan Lokal (Mulok) Kebudayaan Betawi, bisa menjadi pintu masuk untuk minta kepada Wali Kota Jakarta Timur, agar segera mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat tentang gelar pahlawan nasional bagi almarhum H Darip bin Kurdin. Hadir dalam kesempatan ziarah itu, pimpinan sejumlah ormas Betawi Seperti Ketua Umum GMJ (gerakan masyarakat jakarta) KH.Fakhrurrozi Ishaq, KH.IsmaiL kp.rambutan, FBR, FBB, Laskar FPI,dll.
Lebih lanjut Zainudin MH mengatakan, kita, generasi muda Betawi, wajib mengenang dan meneladani karya-karya nyata apa yang baik, dari almarhum H Darip.
“Beliau ikut dalam pergerakan mempersiapkan Kemerdekaan Republik Indonesia, peran beliau bergerak di bawah permukaan saja. Bung Karno, Presiden pertama RI tahu peran beliau dalam mendorong kemerdekaan RI,” kata Bang Oding-panggilan akrab Zaenudin MH.
Putra Betawi yang telah mendapat gelar Pahlawan Nasional
antara lain Ismail Marzuki, Mohammad Husni Thamrin, Marsekal Muda Anumerta Abdulrachman Saleh dan KH Noer Ali.
“Kami yakin Almarhum H Darip bin Kurdin mendapat gelar Pahlawan Nasional, karena terbukti jasa beliau terhadap bangsa dan negara, khususnya masyarakat Betawi sangat tinggi,” kata Oding. (yon)
http://m.suarakarya.id/
Tambahan :
Acara ini disambut meriah dengan tradisi budaya palang pintu betawi dan pagelaran silat dari keluarga besar silat aliran H Darip sendiri yang telah berkembang hingga mencapai 7 kolat di wilayah sekitar klender hingga bekasi.
Klender : Kunjungan Bapak R. Adang Ruchiatna Puradiredja dan Ibu Hj.Ernawati Ratma SE.MM
Setelah Jokowi mengunjungi Makam Pahlawan Betawi H. Muhammad Arif atau biasa dipanggil H. Darip, kini para Kader PDI Perjuangan juga kerap kali melakukanZiarah dan menggelar doa-doa bersama di pusaran Makam H Darip, dan bersamaan kegiatan Sosialisasi Pemilu 2014 serta sosialisasi Caleg PDI Perjuangan, Caleg DPRRI R Adang Ruchiatna P serta Caleg DPRD DKI Hj Ernawati Ratma SE, MM juga menggelar Tabur Bunga.
Dalam kesempatan tersebut R. Adang Ruchiatna Puradiredja yang saat ini duduk di DPRRI Komisi VIII serta Caleg PDI P Dapil Jakarta Timur menegaskan, bahwa sebagai Tentara Nasional Indonesia yang juga turut berjuang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, mengajak pada seluruh masyarakat Indonesia untuk senantiasa menghargai para Pahlawan, kita bisa seperti ini taklepas dari peranserta para Pejuang yang telah merebut kemerdekaan dari Penjajah, oleh sebab itu kita tidak boleh melupakan sejaran perjuangan para Pahlawan.
Menurutnya di negara lain Pahlawan itu harus dibuatkan Buku Sejarah Perjuangan maupun Biografi dan Film, oleh sebab itu dirinya menghimbau pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta untuk dapat meningkatkan muatan lokal dalam Kurikulum Pendidikan di Jakarta, untuk memperkenalkan para pejuang diwilayah DKI Jakarta, agar Genarasi Muda tau dan dapat menghargai jasa-jasa para Pahlawan di Negeri tercinta ini, tegas Jenderal berbintang dua yang juga lahir dan dibesarkan di Tanah Betawi ini.
Hal senada juga diugkapkan Caleg DRD DKI Daerah pemilihan Jakarta IV yang meliputi Kecamatan Pulogadung, Cakung dan Matraman, Hj Ernawati Ratma, SE, MM, menegaskan bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, dan bangsa yang besar menurunkan sifat kejuangan kepada warganya. Oleh sebab itu kegiatan Tabur Bunga pada Pahlawan harus dijadikan sebagai tradisi dan budaya di kalangan masyarakat, khususnya Generasi Muda, tegasnya.
Hj Ernawati juga mengakui, bahwa jajaran PDI Perjuangan yang seringkali mengunjungi makam Pahlawan H Darip dan Pangeran Jayakarta ini, karena mengikuti ajaran Bung Karno agar jangan melupakan Sejarah (Jas Merah), oleh sebab itu, kegiatan kita sebagai kultur budaya yang menghormati orang tua, Menghormati leluhur serta menjadi masyarakat yang sopan dan santun sesuai budaya timur harus tetap dipegang teguh, kami sebagai Caleg DPRD DKI daerah Jakarta Timur, juga ingin kulonuwun atau permisi dahulu pada pejuang kita, karena tanpa mereka kita tidak bisa seperti sekarang ini, maka kita disini ingin mendoakan para Pahlawan dari Tanah Betawi ini, sehingga dengan kejuangan beliau, kami akan memperoleh keteladanan, dorongan dan semangat dalam berjuang, untuk mengisi kemerdekaan sekarang ini, tegas H Ernawati Ratma, SE, MM.
Sementara ditempat yang sama, H Fadil mewakili Keluarga Besar H Darip, juga mengaku bersyukur atas kunjungan Caleg DPRRI R Adang Ruchiatna dan Caleg DPRD DKI Partai PDI Perjuangan, Hj Ernawati Ratma ke makam H Darip yang telah berjuang untuk merebut Kemerdekaan RI ini, karena H Darip bukan saja milik keluarga, tetapi juga telah jaki milik seluruh masyarakat dan bangsa, karena atas perjuangan beliau kita bisa meresakan kemerdekaan seperti saat ini, tegasnya.
http://
Rabu, 24 Mei 2017
Klender : HAJI DARIP TIDAK MEMILIKI CATATAN KEJAHATAN
Istilah jago pada awalnya melekat pada
masalah perkelahian, sehingga jago diartikan sebagai juara berkelahi.
Istilah tersebut kemudian berkembang, sehingga kata jago juga bisa
dikaitkan dengan keunggulan.
Penduduk asli DKI Jakarta yakni orang Betawi memiliki jago-jago dengan dua pengertian tersebut. Mereka adalah aset Betawi dalam memperkaya khasanah kebudayaan dan sejarah nasional.
Pada abad 19, yang disebut jago Betawi, menurut Ridwan Saidi dalam bukunya Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, adalah semacam jawara kampung yang menjadi palang dade, benteng penghalang orang yang datang dari luar dan mencoba mengganggu keamanan kampung, atau yang mau "menjajal" kekuatan jago bersangkutan.
Jago Betawi adalah jago silat. Misalnya saja Ja`man dari Sawah Besar, Derahman Jeni dari Tanah Abang, dan Sa`abun dari Kemayoran. Jago Betawi tidak pernah "menjual" atau melontarkan tantangan, tetapi bersedia "membeli" jika ada yang "menjual".
"Tradisi tersebut bertahan terus sampai abad ke-20. Yaitu tradisi positif, ketika para jago tidak agresif, apalagi berbuat kriminal," kata Ridwan Saidi yang juga budayawan Jakarta.
Kemudian ada juga Muhammad Arif (Haji Darip) jago asal Klender yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. HAJI DARIP TIDAK MEMILIKI CATATAN KEJAHATAN. Berkat pasukan Haji Darip, gerak maju pasukan NICA ke arah timur, atau "front" Bekasi-Karawang, dapat dihadang.
Selain dikenal sebagai jago, Haji Darip juga dikenal sebagai seorang ulama dan muballigh. Sehingga dalam waktu singkat Haji Darip telah berhasil membimbing para pemuda pejuang yang terdiri dari segala lapisan untuk cinta kepada tanah air. Oleh sebab itu Haji Darip dijuluki 'Panglima Perang dari Klender' dan atau badan penggerak pembina potensi (BPPP) angkatan 45 dewan harian daerah (DHD) DKI Jakarta menganugerahinya dengan gelar 'Generalismo Klender 1945'. Reputasi Haji Darip di kalangan pejuang yang kian menjulang membuatnya terkenal dan didatangi para tokoh pejuang. Diantaranya Soekarno-Hatta, Sukarni, Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, Jo Abdurachman, Zus Ratulangie, Kartini Radjasa, Lasmidjah hardi, Ishaq Latief, Ahmad Yani, A.H.Nasution, Sadikin, dll. Bahkan Sukarni, Kamaludin, Syamsudin, dan Pandu Kartawiguna sampai menginap di kediamannya dalam rangka mengatur siasat pengusiran Jepang dari Jakarta hingga peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengas Dengklok Karawang. Haji Darip menjadi saksi hidup pada peristiwa Rengas Dengklok. Karna ia berada disana saat itu. Bahkan pada saat para tokoh menempatkan Bung Karno dirumah yang tidak layak di pinggir kali, Haji Darip megusulkan kepada Sukarni dan kawan-kawannya agar soekarno-hatta ditempatkan dirumah yang layak. Usulan Haji Darip pun didengar kawan-kawannya yang terdiri dari para tokoh pemuda sampai akhirnya soekarno-hatta ditempatkan dirumah warga etnis tionghoa bernama djie kiaw siong. Hal itu dilakukan Haji Darip sebagai bentuk penghormatan Haji Darip kepada Soekarno-Hatta yang dianggap sebagai calon pemimpin bangsa yang harus dihormati. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda bersama tentara sekutu Inggris berusaha kembali menjajah Indonesia. Haji Darip bersama pasukan BARA (Barisan Rakyat) Indonesia bersiap-siap untuk mempertahankan kemerdekaan sebagaimana yang diamanatkan Bung Karno saat rapat akbar di Klender. Daerah Klender waktu itu masih sangat sepi, apalagi malam hari. Sekitar daerah sana masih merupakan hutan lebat. Waktu itu siapapun yang ingin keluar dari Jakarta, harus berhadapan dengan blokade NICA. Para pemuda yang akan melakukan serangan disiapkan disalah satu markas di Lioneelaan, Jatinegara sebelum menuju sasaran. Haji Darip bersama-sama Pasukan BARA melakukan pertempuran di seluruh front di kota Jakarta. Suatu malam terjadi pertempuran di Bidara Cina dan stasiun Jatinegara. Maka untuk menjaga jangan sampai kehabisan peluru dan menghindarkan jatuhnya korban lebih banyak, API, Menteng 31, terpaksa mengundurkan diri ke daerah klender. Di Klender dihimpun kembali kekuatan API, banyak anak buah pasukan Haji Darip yang terpaksa mengundurkan diri dari daerah Jatinegara bergabung dalam API. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan markas. Mula-mula diusulkan di Cakung - Klender, atau di Tokubetsu-shi (kantor khusus Walikota) di bawah pimpinan Walikota Suwiryo. Haji Darip, terus mengadakan kontak dengan TNI yang kebanyakan masih berada siap tempur di markasnya masing-masing di daerah perbatasan kota. Inipun juga dalam rangka kesiap siagaan apabila perundingan mendapat jalan buntu.
Pada waktu Haji Darip selesai mengadakan pertemuan di Pondok Gede, ia mendapat kabar bahwa Klender telah diduduki oleh pasukan Belanda sebanyak 14 buah truk. Kemudian diadakan perjanjian antara keduanya, Karena tidak seimbang persenjataannya sehingga pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri ke pedalaman Cikarang, Karawang, hingga Purwakarta. Lalu Haji Darip membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia) Jakarta raya. Dengan pangkat Letnan Kolonel. Penasehat Batalyon AMPI/21/Resimen.7/Brigade 3 Kian Santang/Divisi 1 Siliwangi. Kesatuan BKR dan Haji Darip benar-benar melaksanakan pertempuran yang berhadapan, yaitu orang lawan orang. Pada tahun 1946 di Karawang terjadi penertiban pasukan laskar rakyat oleh resimen Sadikin. Resimen 6 dan resimen 7 dari mayor sadikin dan mayor omon masing-masing melakukan pengurangan jumlah batalyonnya hingga menjadi 3 batalyon. Sementara itu BPRI dari Haji Darip di masukkan menjadi tentara dalam salah satu resimen ini. Haji Darip dengan rela membubarkan pasukannya itu untuk digabungkan dengan TKR.
Selain Haji Darip juga ada Kyai Nur Ali Bekasi. Tokoh ulama itu memberikan sugesti agamawi bagi perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Di pusat kota, yaitu kawasan Senen dan sekitarnya ada Imam Syafi`i yang memimpin para pemuda Senen menghadapi "front" terdepan. Di Kramat Sentiong ada Icang yang pernah menggempur jantung pertahanan Belanda di markas Batalion 10 KNIL, Lapangan Banteng.
Mereka sebelumnya dikenal sebagai jago, dan tidak mempunyai catatan yang bernoda. Tatkala dibuka kesempatan bagi pemuda pejuang untuk memasuki ketentaraan maka Syafi`i dan Icang mendaftarkan diri sebagai anggota TNI. Adapun Haji Darip seusai revolusi fisik terjun dalam partai politik IPKI.
Kalau Icang tewas dalam tugas menumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948, maka Syafi`i di bidang militer mencapai pangkat Overste. Ia amat mengetahui liku-liku keamanan ibukota, dan ia banyak membantu tugas kepolisian.
Mungkin karena itu Bung Karno pada 1966 mengangkat Overste Imam Syafi`i sebagai menteri dalam Kabinet 100 Menteri.
Selain mereka itu, juga ada tipe jago yang lain di Betawi, misalnya M Husni Thamrin. Jumlah jago dengan tipe seperti M Husni Thamrin pada saat ini makin banyak dan bidangnya pun makin beragam.
Menurut Ridwan Saidi, Husni Thamrin dikenal sebagai tokoh yang pernah ikut serta mengatur pemerintahan kota Batavia di samping sebagai wet hounder, juga sebagai locobur germeester, orang yang mempunyai kekuasaan eksekutif yang bersifat lokal dalam arti penduduk pribumi, bukan dalam pengertian kewilayahan.
Orang Betawi lain yang pernah ikut menangani pemerintahan kota Jakarta adalah Syafi`ie yang menjadi wakil gubernur di zaman Ali Sadikin, dan Asmawi Manaf, wakil gubernur di zaman Tjokropranolo.
Saat ini muncul jago Betawi, yaitu Fauzi Bowo, yang akrab dipanggil Bang Foke. Dia menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta atau Gubernur DKI Jakarta, setelah sebelumnya ia menjadi wakil gubernur ketika Jakarta dipimpin Sutiyoso.
Di bidang ketentaraan juga ada putra Betawi yang pernah mencapai pangkat letnan jenderal. Ia adalah Letjen TNI (Purn) Muhammad Sanif. Semasa aktif, ia pernah menjabat Pangdam Bukit Barisan. Juga ada Mayjen TNI (Purn) H Nachrowi Ramli yang kini memimpin Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi.
Selain itu, putra-putra Betawi juga tercatat di bidang lain, seperti di bidang perbankan tampil Abullah Ali yang pernah menjadi Dirut Bank BCA, dan di bidang keilmuan mencuat nama Prof Dr MK Tadjudin yang pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (UI).
Zaman telah berubah. Masyarakat Betawi dengan segala kekenyalannya pun berubah. Namun yang pasti jago-jago Betawi itu selalu ada.
Salah satu wadah tempat berkumpulnya calon jago-jago Betawi itu adalah Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB). Organisasi ekstra kampus yang berdiri pada 1976 itu anggotanya terdiri atas para intelektual Betawi yang merupakan aset bangsa.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, mereka turut berperan di sejumlah bidang, seperti pemerintahan, parlemen, pendidikan, dunia usaha, dan kebudayaan. Jago-jago Betawi bakal terus bermunculan.
Sumber :
* http://www.antaranews.com/print/160927/jago-jago-betawi-bakal-terus-bermunculan
* Dien Majid, Darmiati "Jakarta-Karawang-Bekasi dalam gejolak revolusi perjuangan" 1999 Halaman 397.,
* Titiek W.S Majalah Dewi 1977.,
* Lintasan sejarah empat puluh empat tahun BKOW DKI Jakarta (Badan Kerja-sama Organisasi-Organisasi Wanita DKI Jakarta), 1998.,
* Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Yayasan Wirawati Catur Panca (Jakarta, Indonesia), 1992., "Lahirnya kelasykaran wanita dan Wirawati Catur Panca".,
* Lasmidjah Hardi, Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito.,
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997., " Perjalanan Tiga Zaman ".,
* Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1993., "Monumen dan patung di Jakarta Raya (Indonesia)".,
* Chaerul Saleh "Tokoh Kontroversial" tim penulis Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Bambang Soeprapto, 1993.,
* Sutrisno Kutoyo "Sejarah revolusi fisik Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta"., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.,
* Abdul Haris Nasution DISJARAH-AD, dan Penerbit Angkasa., "Sekitar
perang kemerdekaan Indonesia : Periode Linggarjati jilid4".,
* Angkatan Darat, Komando Daerah Militer V/Jaya., Dinas Sejarah Militer Kodam V/Jaya, 1975., "Sejarah perjuangan rakyat Jakarta, Tanggerang dan Bekasi dalam menegakkan kemerdekaan
R.I. Indonesia".,
* Lasmidjah Hardi, Yayasan 19 September 1945 (Jakarta, Indonesia),1983., "Samodera merah putih, 19 September 1945"., latar belakang, peristiwa IKADA dan dampaknya.
* Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45 Dewan Harian Daerah DKI Jakarta, 1985 "Riwayat Hidup Haji Darip".,
* G.J. Nawi "Maen Pukulan,"Pencak Silat Khas Betawi".,
Penduduk asli DKI Jakarta yakni orang Betawi memiliki jago-jago dengan dua pengertian tersebut. Mereka adalah aset Betawi dalam memperkaya khasanah kebudayaan dan sejarah nasional.
Pada abad 19, yang disebut jago Betawi, menurut Ridwan Saidi dalam bukunya Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, adalah semacam jawara kampung yang menjadi palang dade, benteng penghalang orang yang datang dari luar dan mencoba mengganggu keamanan kampung, atau yang mau "menjajal" kekuatan jago bersangkutan.
Jago Betawi adalah jago silat. Misalnya saja Ja`man dari Sawah Besar, Derahman Jeni dari Tanah Abang, dan Sa`abun dari Kemayoran. Jago Betawi tidak pernah "menjual" atau melontarkan tantangan, tetapi bersedia "membeli" jika ada yang "menjual".
"Tradisi tersebut bertahan terus sampai abad ke-20. Yaitu tradisi positif, ketika para jago tidak agresif, apalagi berbuat kriminal," kata Ridwan Saidi yang juga budayawan Jakarta.
Kemudian ada juga Muhammad Arif (Haji Darip) jago asal Klender yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. HAJI DARIP TIDAK MEMILIKI CATATAN KEJAHATAN. Berkat pasukan Haji Darip, gerak maju pasukan NICA ke arah timur, atau "front" Bekasi-Karawang, dapat dihadang.
Selain dikenal sebagai jago, Haji Darip juga dikenal sebagai seorang ulama dan muballigh. Sehingga dalam waktu singkat Haji Darip telah berhasil membimbing para pemuda pejuang yang terdiri dari segala lapisan untuk cinta kepada tanah air. Oleh sebab itu Haji Darip dijuluki 'Panglima Perang dari Klender' dan atau badan penggerak pembina potensi (BPPP) angkatan 45 dewan harian daerah (DHD) DKI Jakarta menganugerahinya dengan gelar 'Generalismo Klender 1945'. Reputasi Haji Darip di kalangan pejuang yang kian menjulang membuatnya terkenal dan didatangi para tokoh pejuang. Diantaranya Soekarno-Hatta, Sukarni, Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, Jo Abdurachman, Zus Ratulangie, Kartini Radjasa, Lasmidjah hardi, Ishaq Latief, Ahmad Yani, A.H.Nasution, Sadikin, dll. Bahkan Sukarni, Kamaludin, Syamsudin, dan Pandu Kartawiguna sampai menginap di kediamannya dalam rangka mengatur siasat pengusiran Jepang dari Jakarta hingga peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengas Dengklok Karawang. Haji Darip menjadi saksi hidup pada peristiwa Rengas Dengklok. Karna ia berada disana saat itu. Bahkan pada saat para tokoh menempatkan Bung Karno dirumah yang tidak layak di pinggir kali, Haji Darip megusulkan kepada Sukarni dan kawan-kawannya agar soekarno-hatta ditempatkan dirumah yang layak. Usulan Haji Darip pun didengar kawan-kawannya yang terdiri dari para tokoh pemuda sampai akhirnya soekarno-hatta ditempatkan dirumah warga etnis tionghoa bernama djie kiaw siong. Hal itu dilakukan Haji Darip sebagai bentuk penghormatan Haji Darip kepada Soekarno-Hatta yang dianggap sebagai calon pemimpin bangsa yang harus dihormati. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda bersama tentara sekutu Inggris berusaha kembali menjajah Indonesia. Haji Darip bersama pasukan BARA (Barisan Rakyat) Indonesia bersiap-siap untuk mempertahankan kemerdekaan sebagaimana yang diamanatkan Bung Karno saat rapat akbar di Klender. Daerah Klender waktu itu masih sangat sepi, apalagi malam hari. Sekitar daerah sana masih merupakan hutan lebat. Waktu itu siapapun yang ingin keluar dari Jakarta, harus berhadapan dengan blokade NICA. Para pemuda yang akan melakukan serangan disiapkan disalah satu markas di Lioneelaan, Jatinegara sebelum menuju sasaran. Haji Darip bersama-sama Pasukan BARA melakukan pertempuran di seluruh front di kota Jakarta. Suatu malam terjadi pertempuran di Bidara Cina dan stasiun Jatinegara. Maka untuk menjaga jangan sampai kehabisan peluru dan menghindarkan jatuhnya korban lebih banyak, API, Menteng 31, terpaksa mengundurkan diri ke daerah klender. Di Klender dihimpun kembali kekuatan API, banyak anak buah pasukan Haji Darip yang terpaksa mengundurkan diri dari daerah Jatinegara bergabung dalam API. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan markas. Mula-mula diusulkan di Cakung - Klender, atau di Tokubetsu-shi (kantor khusus Walikota) di bawah pimpinan Walikota Suwiryo. Haji Darip, terus mengadakan kontak dengan TNI yang kebanyakan masih berada siap tempur di markasnya masing-masing di daerah perbatasan kota. Inipun juga dalam rangka kesiap siagaan apabila perundingan mendapat jalan buntu.
Pada waktu Haji Darip selesai mengadakan pertemuan di Pondok Gede, ia mendapat kabar bahwa Klender telah diduduki oleh pasukan Belanda sebanyak 14 buah truk. Kemudian diadakan perjanjian antara keduanya, Karena tidak seimbang persenjataannya sehingga pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri ke pedalaman Cikarang, Karawang, hingga Purwakarta. Lalu Haji Darip membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia) Jakarta raya. Dengan pangkat Letnan Kolonel. Penasehat Batalyon AMPI/21/Resimen.7/Brigade 3 Kian Santang/Divisi 1 Siliwangi. Kesatuan BKR dan Haji Darip benar-benar melaksanakan pertempuran yang berhadapan, yaitu orang lawan orang. Pada tahun 1946 di Karawang terjadi penertiban pasukan laskar rakyat oleh resimen Sadikin. Resimen 6 dan resimen 7 dari mayor sadikin dan mayor omon masing-masing melakukan pengurangan jumlah batalyonnya hingga menjadi 3 batalyon. Sementara itu BPRI dari Haji Darip di masukkan menjadi tentara dalam salah satu resimen ini. Haji Darip dengan rela membubarkan pasukannya itu untuk digabungkan dengan TKR.
Selain Haji Darip juga ada Kyai Nur Ali Bekasi. Tokoh ulama itu memberikan sugesti agamawi bagi perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Di pusat kota, yaitu kawasan Senen dan sekitarnya ada Imam Syafi`i yang memimpin para pemuda Senen menghadapi "front" terdepan. Di Kramat Sentiong ada Icang yang pernah menggempur jantung pertahanan Belanda di markas Batalion 10 KNIL, Lapangan Banteng.
Mereka sebelumnya dikenal sebagai jago, dan tidak mempunyai catatan yang bernoda. Tatkala dibuka kesempatan bagi pemuda pejuang untuk memasuki ketentaraan maka Syafi`i dan Icang mendaftarkan diri sebagai anggota TNI. Adapun Haji Darip seusai revolusi fisik terjun dalam partai politik IPKI.
Kalau Icang tewas dalam tugas menumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948, maka Syafi`i di bidang militer mencapai pangkat Overste. Ia amat mengetahui liku-liku keamanan ibukota, dan ia banyak membantu tugas kepolisian.
Mungkin karena itu Bung Karno pada 1966 mengangkat Overste Imam Syafi`i sebagai menteri dalam Kabinet 100 Menteri.
Selain mereka itu, juga ada tipe jago yang lain di Betawi, misalnya M Husni Thamrin. Jumlah jago dengan tipe seperti M Husni Thamrin pada saat ini makin banyak dan bidangnya pun makin beragam.
Menurut Ridwan Saidi, Husni Thamrin dikenal sebagai tokoh yang pernah ikut serta mengatur pemerintahan kota Batavia di samping sebagai wet hounder, juga sebagai locobur germeester, orang yang mempunyai kekuasaan eksekutif yang bersifat lokal dalam arti penduduk pribumi, bukan dalam pengertian kewilayahan.
Orang Betawi lain yang pernah ikut menangani pemerintahan kota Jakarta adalah Syafi`ie yang menjadi wakil gubernur di zaman Ali Sadikin, dan Asmawi Manaf, wakil gubernur di zaman Tjokropranolo.
Saat ini muncul jago Betawi, yaitu Fauzi Bowo, yang akrab dipanggil Bang Foke. Dia menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta atau Gubernur DKI Jakarta, setelah sebelumnya ia menjadi wakil gubernur ketika Jakarta dipimpin Sutiyoso.
Di bidang ketentaraan juga ada putra Betawi yang pernah mencapai pangkat letnan jenderal. Ia adalah Letjen TNI (Purn) Muhammad Sanif. Semasa aktif, ia pernah menjabat Pangdam Bukit Barisan. Juga ada Mayjen TNI (Purn) H Nachrowi Ramli yang kini memimpin Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi.
Selain itu, putra-putra Betawi juga tercatat di bidang lain, seperti di bidang perbankan tampil Abullah Ali yang pernah menjadi Dirut Bank BCA, dan di bidang keilmuan mencuat nama Prof Dr MK Tadjudin yang pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (UI).
Zaman telah berubah. Masyarakat Betawi dengan segala kekenyalannya pun berubah. Namun yang pasti jago-jago Betawi itu selalu ada.
Salah satu wadah tempat berkumpulnya calon jago-jago Betawi itu adalah Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB). Organisasi ekstra kampus yang berdiri pada 1976 itu anggotanya terdiri atas para intelektual Betawi yang merupakan aset bangsa.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, mereka turut berperan di sejumlah bidang, seperti pemerintahan, parlemen, pendidikan, dunia usaha, dan kebudayaan. Jago-jago Betawi bakal terus bermunculan.
Sumber :
* http://www.antaranews.com/print/160927/jago-jago-betawi-bakal-terus-bermunculan
* Dien Majid, Darmiati "Jakarta-Karawang-Bekasi dalam gejolak revolusi perjuangan" 1999 Halaman 397.,
* Titiek W.S Majalah Dewi 1977.,
* Lintasan sejarah empat puluh empat tahun BKOW DKI Jakarta (Badan Kerja-sama Organisasi-Organisasi Wanita DKI Jakarta), 1998.,
* Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Yayasan Wirawati Catur Panca (Jakarta, Indonesia), 1992., "Lahirnya kelasykaran wanita dan Wirawati Catur Panca".,
* Lasmidjah Hardi, Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito.,
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997., " Perjalanan Tiga Zaman ".,
* Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1993., "Monumen dan patung di Jakarta Raya (Indonesia)".,
* Chaerul Saleh "Tokoh Kontroversial" tim penulis Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito, Bambang Soeprapto, 1993.,
* Sutrisno Kutoyo "Sejarah revolusi fisik Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta"., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.,
* Abdul Haris Nasution DISJARAH-AD, dan Penerbit Angkasa., "Sekitar
perang kemerdekaan Indonesia : Periode Linggarjati jilid4".,
* Angkatan Darat, Komando Daerah Militer V/Jaya., Dinas Sejarah Militer Kodam V/Jaya, 1975., "Sejarah perjuangan rakyat Jakarta, Tanggerang dan Bekasi dalam menegakkan kemerdekaan
R.I. Indonesia".,
* Lasmidjah Hardi, Yayasan 19 September 1945 (Jakarta, Indonesia),1983., "Samodera merah putih, 19 September 1945"., latar belakang, peristiwa IKADA dan dampaknya.
* Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45 Dewan Harian Daerah DKI Jakarta, 1985 "Riwayat Hidup Haji Darip".,
* G.J. Nawi "Maen Pukulan,"Pencak Silat Khas Betawi".,
Senin, 08 Mei 2017
Klender : Teladan dan Karomah
berikut ini adalah sebuah kutipan fakta sejarah yang langsung disampaikan oleh pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia 1945.
Kisah ini diangkat oleh seorang tokoh pejuang 45 asal jawa tengah pada saat tertangkap dan dipenjara oleh penjajah belanda dipenjara Glodok Jakarta (kini menjadi pertokoan Harco).
"Pada waktu saya ditahan Belanda dipenjara Glodok Jakarta, lebaran tahun 1948 lamat-lamat saya masih ingat. pas pada waktu itu, tiga malam sebelum lebaran, seorang tokoh pejuang krawang-bekasi yang bernama Haji Darip yang legendaris, masuk kedalam kamar saya sebagai tahanan. orangnya kecil, dengan mata yang bersinar seperti mata burung elang, lengannya kecil tetapi sekeras rotan borneo, bahasanya halus, bibirnya selalu senyum, dan mulutnya selalu bergerak-gerak mengucapkan dzikir. Kami jadi bertujuh setelah kedatangannya. Ia sama sekali tak pernah berbicara soal perjuangan ataupun soal islam. bicaranya soal sawah dan soal kesulitan hidup para petani. Tetapi setiap hari ada saja kiriman makanan yang masuk untuk Haji Darip dan jumlahnya banyak dan cukup mewah untuk kami bertujuh. Pas pada waktu itu malem takbiran, ada gegeran. Selesai makam malam, Haji Darip terus saja sholat isya' dan berdzikir tanpa peduli kami. Tiba-tiba pintu barak kami dibuka dengan suara riuh rendah. Begitu terbuka, belasan serdadu KNIL dipimpin kepala penjara Glodok M Rappa, menyerbu masuk "Mana Haji Darip, mana Haji Darip", mereka seperti tak percaya bahwa Haji Darip dengan tenangnya masih berdzikir menghitung tasbihnya.
Mengapa mereka menyerbu masuk ?
ternyata pada malam itu, selesai berbuka puasa, satu kompi KNIL dihabisi oleh laskar Haji Darip yang dipimpin Haji Darip sendiri. Padahal kami berenam bersaksi, bahwa sejak pagi Haji Darip tak pernah beringsut dari tempat tidurnya. Ia duduk tak bergeming.
Apakah ada dua Haji Darip ?
ataukah seperti kata orang, Haji Darip bisa berada dimana-mana dalam waktu yang sama ?
SELESAI....
Kisah ini diangkat oleh seorang tokoh pejuang 45 asal jawa tengah pada saat tertangkap dan dipenjara oleh penjajah belanda dipenjara Glodok Jakarta (kini menjadi pertokoan Harco).
"Pada waktu saya ditahan Belanda dipenjara Glodok Jakarta, lebaran tahun 1948 lamat-lamat saya masih ingat. pas pada waktu itu, tiga malam sebelum lebaran, seorang tokoh pejuang krawang-bekasi yang bernama Haji Darip yang legendaris, masuk kedalam kamar saya sebagai tahanan. orangnya kecil, dengan mata yang bersinar seperti mata burung elang, lengannya kecil tetapi sekeras rotan borneo, bahasanya halus, bibirnya selalu senyum, dan mulutnya selalu bergerak-gerak mengucapkan dzikir. Kami jadi bertujuh setelah kedatangannya. Ia sama sekali tak pernah berbicara soal perjuangan ataupun soal islam. bicaranya soal sawah dan soal kesulitan hidup para petani. Tetapi setiap hari ada saja kiriman makanan yang masuk untuk Haji Darip dan jumlahnya banyak dan cukup mewah untuk kami bertujuh. Pas pada waktu itu malem takbiran, ada gegeran. Selesai makam malam, Haji Darip terus saja sholat isya' dan berdzikir tanpa peduli kami. Tiba-tiba pintu barak kami dibuka dengan suara riuh rendah. Begitu terbuka, belasan serdadu KNIL dipimpin kepala penjara Glodok M Rappa, menyerbu masuk "Mana Haji Darip, mana Haji Darip", mereka seperti tak percaya bahwa Haji Darip dengan tenangnya masih berdzikir menghitung tasbihnya.
Mengapa mereka menyerbu masuk ?
ternyata pada malam itu, selesai berbuka puasa, satu kompi KNIL dihabisi oleh laskar Haji Darip yang dipimpin Haji Darip sendiri. Padahal kami berenam bersaksi, bahwa sejak pagi Haji Darip tak pernah beringsut dari tempat tidurnya. Ia duduk tak bergeming.
Apakah ada dua Haji Darip ?
ataukah seperti kata orang, Haji Darip bisa berada dimana-mana dalam waktu yang sama ?
SELESAI....
Klender : Syarat Belajar Silat
Jakarta - Haji Darip merupakan pendekar Betawi yang sangat lihai
dalam ilmu silat. Pria bernama lengkap Mohammad Arif itu kemudian
menurunkan keahliannya kepada keturunannya dan generasi muda.
Sepeninggal Haji Darip pada tahun 1981, adalah Haji Uung, anak Haji Darip yang kemudian menjadi pengasuh aliran silat ayahnya itu. Haji Uung mengajarkan silat di sekitar kediamannya di daerah Jatinegara Kaum, Jatinegara, Jakarta Timur.
Peserta latihan sejauh ini, menurut Haji Uung, mulai dari murid SD hingga orang dewasa. Rupanya, ada syarat unik jika seseorang berminat untuk menjadi peserta latihan.
\\\"Sebelum mulai latihan, peserta baru harus terlebih dahulu diurut pakai ayam,\\\" ujar Haji Uung, kepada detikcom, di kediamannya di kawasan, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Haji Uung menjelaskan, pijat dengan ayam di sini maksudnya benar-benar menggunakan ayam yang masih hidup untuk mengurut anggota tubuh calon peserta. Misalnya menginjak-injakkan kaki ayam ke tangan calon peserta dengan maksud agar gerakan tangannya menjadi luwes.
\\\"Nanti saya yang urut. Tempat latian kan emang ada di beberapa tempat, bahkan di luar Jakarta, tapi kalo soal ngurut ini harus sama saya dulu,\\\" ujarnya.
Menurut Haji Uung, ayam yang digunakan bukanlah ayam sembarangan. Haruslah ayam jantan yang sehat dan tidak cacat.
\\\"Ayamnya dari mereka, mereka yang beli, kita nggak sediain. Nanti tinggal dibawa aja kemari,\\\" tambahnya.
Haji Uung tak menjelaskan lebih jauh makna dari ritual urut ayam ini. Menurutnya ritual ini sudah ada sejak zaman ayahnya dulu dan menjadi syarat wajib. Anda berminat?
(nwk/nrl)
Sepeninggal Haji Darip pada tahun 1981, adalah Haji Uung, anak Haji Darip yang kemudian menjadi pengasuh aliran silat ayahnya itu. Haji Uung mengajarkan silat di sekitar kediamannya di daerah Jatinegara Kaum, Jatinegara, Jakarta Timur.
Peserta latihan sejauh ini, menurut Haji Uung, mulai dari murid SD hingga orang dewasa. Rupanya, ada syarat unik jika seseorang berminat untuk menjadi peserta latihan.
\\\"Sebelum mulai latihan, peserta baru harus terlebih dahulu diurut pakai ayam,\\\" ujar Haji Uung, kepada detikcom, di kediamannya di kawasan, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Haji Uung menjelaskan, pijat dengan ayam di sini maksudnya benar-benar menggunakan ayam yang masih hidup untuk mengurut anggota tubuh calon peserta. Misalnya menginjak-injakkan kaki ayam ke tangan calon peserta dengan maksud agar gerakan tangannya menjadi luwes.
\\\"Nanti saya yang urut. Tempat latian kan emang ada di beberapa tempat, bahkan di luar Jakarta, tapi kalo soal ngurut ini harus sama saya dulu,\\\" ujarnya.
Menurut Haji Uung, ayam yang digunakan bukanlah ayam sembarangan. Haruslah ayam jantan yang sehat dan tidak cacat.
\\\"Ayamnya dari mereka, mereka yang beli, kita nggak sediain. Nanti tinggal dibawa aja kemari,\\\" tambahnya.
Haji Uung tak menjelaskan lebih jauh makna dari ritual urut ayam ini. Menurutnya ritual ini sudah ada sejak zaman ayahnya dulu dan menjadi syarat wajib. Anda berminat?
Selasa 18 Jun 2013, 14:52 WIB
Napak Tilas Jakarta (10)
- detikNews
Klender : Eksekusi mati Jepang
merasa terancam oleh organisasi kepemudaan barisan rakyat (bara), jepang
kemudian memerintahkan tentaranya untuk menangkap sang ketua, haji darip. darip pun kemudian bersembunyi ke daerah purwakarta, jawa barat.menurut penuturan anak laki-laki almarhum haji darip, haji uung, ayahnya bersembunyi dari klender hingga purwakarta sekitar tahun 1943. namun, jepang akhirnya berhasil menangkap darip dan memenjarakannya di daerah glodok, jakarta barat."diduga ada temannya haji darip yang menjadi pengkhianat, memberitahukan tempat persembunyian haji darip kepada jepang," ujar haji uung.haji darip
menghindari kejaran jepang melalui jalur bekasi, karawang, cikampek,
hingga akhirnya sampai di purwakarta. haji uung tak menjelaskan berapa
lama tepatnya haji darip bersembunyi dari kejaran jepang. hanya
saja selama di sana, jagoan betawi itu bersembunyi di tengah
hutan."waktu itu cukup banyak yang ikut lari dari kejaran jepang dan
sembunyi di purwakarta, namun jepang ternyata hanya mengejar haji darip. nggak tahu kenapa, mungkin karena dirasa pengaruh yang besar dari beliau. jadi yang ditangkap jepang waktu itu hanya darip," tutur haji uung. haji darip,
menurut penuturan anaknya, ditangkap dengan tidak manusiawi. selain
memborgol tangannya, tentara jepang juga mengikat kedua kaki haji darip. haji darip kemudian digotong mendekati sebuah mobil truk, dan dilemparkan begitu saja ke dalam bak truk.haji darip kemudian merasakan sepi dan dinginnya lantai penjara. di dalam penjara, haji darip
tetap menjadi pribadi yang sabar dan rajin beribadah. kurang lebih ia
dipenjara selama 2 tahun. usai penangkapan itu seorang kolega yang
membocorkan tempat persembunyiannya haji darip kepada jepang telah menghilang. diduga ia telah mati dibunuh oleh para pendukung haji darip. "pernah usai kemerdekaan, haji darip
dibawa oleh tentara jepang ke wilayah ancol, jakarta utara, untuk
menjalani eksekusi (hukuman mati)," ungkap haji uung.pada saat itu
sebelum hukuman dilaksanakan, tentara jepang menawarkan satu permintaan
terakhir kepada haji darip. haji darip pun lantas mengatakan bahwa dia bukan darip, melainkan muhammad arif."kalian salah menangkap orang, saya bukan darip, saya muhammad arif, rugi kalau membunuh saya karena saya bukan incaran kalian," ujar haji uung menirukan ucapan haji darip
saat itu.mendengar pernyataan tersebut, tentara jepang kemudian
bimbang. mereka ingin memastikan bahwa orang tersebut benar bernama darip
dengan mengecek dokumen-dokumen terkait. sayangnya, tentara jepang yang
tahu di mana dokumen tersebut berada sedang pulang ke jepang.haji darip
gagal di eksekusi dan kembali ke dalam penjara untuk menjalani
hari-harinya sebagai tahanan jepang. rupanya, pada tahun 1945, saat
hiroshima terkena bom atom, sebagian tentara jepang memilih untuk
kembali ke negaranya. melihat tentara jepang yang tersisa di rumah
tahanan tersebut tinggal sedikit, warga klender kemudian menyusun
strategi untuk membebaskan haji darip. perjuangan warga tak sia-sia, akhirnya haji darip berhasil dibebaskan. setelah penjajah hengkang dari bumi pertiwi, haji darip
lantas menikmati hari-harinya sebagai warga biasa. ia memilih untuk
menjadi pedagang di pasar klender bersama istri dan anak-anaknya.untuk
diketahui, berdasarkan penuturan haji uung, haji darip pernah menikah sebanyak 21 kali. dari pernikahan-pernikahan tersebut, haji darip dikaruniai 17 orang anak. delapan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan.haji darip
meninggal pada 1981 pada usia 95 tahun karena sakit. ia dimakamkan di
tanah wakaf ar-rahman, jalan tanah koja ii, jatinegara kaum, pulogadung,
jakarta timur.ikuti berbagai peristiwa hangat yang terjadi hari ini di
"reportase sore", pukul 16.30 wib, hanya di trans tv (nwk/nrl)
sumber: www[dot]detik[dot]com
sumber: www[dot]detik[dot]com
Written By laso on Tuesday, 18 June 2013 | 18:29
Klender : Merdeka
Merdeka.com - Foto lelaki bersorban dan berkaca mata
hitam itu terpampang di tembok bercat putih. Di sebelahnya juga ada foto
pria itu berjejer dengan 33 tokoh ulama Indonesia.
Mungkin tidak banyak orang mengenal wajah dalam foto itu. Namun bagi warga Klender, Jakarta Timur, nama itu tersohor dengan panggilan Haji Darip. Dia adalah pahlawan Betawi turut memerdekakan negeri ini dari penjajahan.
Nama aslinya Muhammad Arif. Dia dilahirkan di Klender pada 1886. Ayahnya bernama Haji Kurdin bin Derun dan ibunya bernama Mai. "Ayah saya putra Betawi, dia lahir di Klender," kata Haji Uung, anak Haji Darip, membuka perbincangan dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Cerita Haji Darip menjadi pejuang sudah bukan rahasia umum. Dia mulai ikut bertempur melawan penjajah sepulang dari Makkah, Arab Saudi, pada 1916. Dia berjuang bersama Kiai Mursyidi dan Kiai Hasbiyallah lewat musala kecil tak jauh dari kediamannya di Klender. Musala ini kini berubah menjadi masjid megah bernama Al-Makmur.
Haji Darip tidak hanya dikenal sebagai pemuka agama. Dia juga jago silat. Ketokohannya membuat dia disegani oleh masyarakat. Kekuasaannya terbentang dari Klender hingga Bekasi. "Bandit-bandit dulu pada takut sama Babe, Maklum dulu banyak perampok," ujar Haji Uung dengan logat Betawi kental.
Meski ditakuti para bandit, Haji Darip tidak besar kepala. Saat menghadapi pasukan Jepang, dia merangkul bandit-bandit itu untuk ikut berperang. Saat itu dia memimpin laskar bernama Barisan Rakyat (Bara). Isinya tokoh masyarakat, pemuda, dan jawara dari sekitar Klender. "Babe dijuluki panglima perang," tuturnya.
Kehebatan Haji Darip membuat tentara Belanda dan Jepang takut melewati daerah Klender. Kalau nekat, pasukan dipimpin Haji Darip bakal menyikat habis mereka. Meski hanya bermodalkan golok, anak buah Haji Darip tetap percaya diri melawan tentara Jepang.
Ada kisah menarik sebelum Soekarno dan Mohamad Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Dulu beberapa sumur-sumur di sekitar Klender tak bisa diminum airnya lantaran berwarna merah. penyebab berubahnya warna air lantaran banyak mayat tentara Jepang dibuang ke dalam sumur. "Dulu itu Kali Sunter warnanya juga merah karena banyak tentara Jepang dibunuh dan dibuang di situ," kata Haji Uung.
Haji Darip wafat pada 13 Juni 1981. Dia tidak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Pusaranya bersebelahan dengan istrinya, Hajjah Hamidah di pemakaman wakaf Ar-Rahman, Jalan Tanah Koja II, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur. [fas]
Mungkin tidak banyak orang mengenal wajah dalam foto itu. Namun bagi warga Klender, Jakarta Timur, nama itu tersohor dengan panggilan Haji Darip. Dia adalah pahlawan Betawi turut memerdekakan negeri ini dari penjajahan.
Nama aslinya Muhammad Arif. Dia dilahirkan di Klender pada 1886. Ayahnya bernama Haji Kurdin bin Derun dan ibunya bernama Mai. "Ayah saya putra Betawi, dia lahir di Klender," kata Haji Uung, anak Haji Darip, membuka perbincangan dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Cerita Haji Darip menjadi pejuang sudah bukan rahasia umum. Dia mulai ikut bertempur melawan penjajah sepulang dari Makkah, Arab Saudi, pada 1916. Dia berjuang bersama Kiai Mursyidi dan Kiai Hasbiyallah lewat musala kecil tak jauh dari kediamannya di Klender. Musala ini kini berubah menjadi masjid megah bernama Al-Makmur.
Haji Darip tidak hanya dikenal sebagai pemuka agama. Dia juga jago silat. Ketokohannya membuat dia disegani oleh masyarakat. Kekuasaannya terbentang dari Klender hingga Bekasi. "Bandit-bandit dulu pada takut sama Babe, Maklum dulu banyak perampok," ujar Haji Uung dengan logat Betawi kental.
Meski ditakuti para bandit, Haji Darip tidak besar kepala. Saat menghadapi pasukan Jepang, dia merangkul bandit-bandit itu untuk ikut berperang. Saat itu dia memimpin laskar bernama Barisan Rakyat (Bara). Isinya tokoh masyarakat, pemuda, dan jawara dari sekitar Klender. "Babe dijuluki panglima perang," tuturnya.
Kehebatan Haji Darip membuat tentara Belanda dan Jepang takut melewati daerah Klender. Kalau nekat, pasukan dipimpin Haji Darip bakal menyikat habis mereka. Meski hanya bermodalkan golok, anak buah Haji Darip tetap percaya diri melawan tentara Jepang.
Ada kisah menarik sebelum Soekarno dan Mohamad Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Dulu beberapa sumur-sumur di sekitar Klender tak bisa diminum airnya lantaran berwarna merah. penyebab berubahnya warna air lantaran banyak mayat tentara Jepang dibuang ke dalam sumur. "Dulu itu Kali Sunter warnanya juga merah karena banyak tentara Jepang dibunuh dan dibuang di situ," kata Haji Uung.
Haji Darip wafat pada 13 Juni 1981. Dia tidak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Pusaranya bersebelahan dengan istrinya, Hajjah Hamidah di pemakaman wakaf Ar-Rahman, Jalan Tanah Koja II, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur. [fas]
Klender : Rahasia dan Karomah
Merdeka.com - Nama Haji Darip tak hanya dikenal di Klender, Jakarta
Timur. Sebelum Indonesia merdeka, dia sudah tersohor di seantero
Jakarta. Bahkan hingga, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Bukan lantaran dia
seorang ulama, Haji darip begitu populer sebab jago silat dan kebal
peluru.
Cerita ini seperti dituturkan oleh anak dari pejuang Depok, Daeran atau dikenal Si Pitung dari Depok. Menurut Kong Misan, 76 tahun, ketika zaman penjajahan, dia ikut berjuang bersama ayahnya, daeran, dan Haji Darip. Saat itu para pejuang dan jawara dari sekitar Jakarta bersatu untuk memukul mundur tentara Belanda dan Jepang.
Semua pejuang berjalan kaki menuju Karawang untuk memberanguskan tentara Jepang. Saat pertempuran menghadapi pasukan Jepang di Bekasi, Kong Misan menyaksikan bagaimana Haji Darip menadangi peluru dengan wadah. "Kalau dia memang sakti, peluru saja ditadangin pake ember," kata Kong Misan saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Cerita kehebatan Haji Darip juga dibenarkan Iwan Cepi Murtado, putra dari mendiang Murtado alias
Macan Kemayoran. Hubungan Murtado dengan Haji Darip terjalin ketika perang melawan Belanda. Murtado berkongsi dengan Haji Darip menyelundupkan senjata untuk pejuang di Bekasi pimpinan Kiai Haji Nur Ali.
Senjata-senjata itu disembunykan di antara tumpukan beras. "Babe pernah kerja sama dengan Haji Darip Klender untuk menyelundupkan senjata. Haji Darip mengamankan senjata biar lolos," kata Iwan Cepi Murtado saat ditemui di kediamannya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Namanya juga mentereng di Bekasi. Kepala daerah pertama Bekasi Haji Nausan, jawara Betawi, merupakan salah satu murid Haji Darip. "Dulu ada Klender masih masuk wilayah Bekasi, masih guru papi juga. Haji Darip namanya," ujar anak lelaki Haji Nausan, Muhammad Safi'ie saat ditemui di rumahnya, Kampung Gabus, Bekasi, Jawa Barat.
Ada begitu banyak cerita soal kesaktian Haji Darip, termasuk saat dipenjara. Dia pernah dijebloskan ke dalam penjara Glodok, Jakarta. Meski begitu dia masih bisa bebas bekerliaran dan menemui keluarganya di Klender.
Para sipir penjara juga kebingungan. Haji Darip kerap salat tahajud di luar penjara dan kembali masuk ke dalam sel sesuadah itu. "Babe bisa menghilang. Pernah waktu dipenjara dia sering keluar, tapi balik lagi nggak kabur," kata Haji Uung. Bekas penjara Glodok itu sekarang menjadi pusat belanja barang-barang elektronik kesohor dengan sebutan Harco Glodok.
Kisah lainnya saat hendak menyerang pasukan jepang di Pangkalan Jati. Seluruh anak buah Haji Darip dimandikan kemudian diisi ilmu kekebalan tubuh. Semua dites tak mempan dengan senjata tajam. "Anak buahnya diperintah untuk menyerbu dan mengusir tentara Jepang di Pangkalan Jati, Pondok Gede, " ujar Haji Uung. [fas]
Cerita ini seperti dituturkan oleh anak dari pejuang Depok, Daeran atau dikenal Si Pitung dari Depok. Menurut Kong Misan, 76 tahun, ketika zaman penjajahan, dia ikut berjuang bersama ayahnya, daeran, dan Haji Darip. Saat itu para pejuang dan jawara dari sekitar Jakarta bersatu untuk memukul mundur tentara Belanda dan Jepang.
Semua pejuang berjalan kaki menuju Karawang untuk memberanguskan tentara Jepang. Saat pertempuran menghadapi pasukan Jepang di Bekasi, Kong Misan menyaksikan bagaimana Haji Darip menadangi peluru dengan wadah. "Kalau dia memang sakti, peluru saja ditadangin pake ember," kata Kong Misan saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Cerita kehebatan Haji Darip juga dibenarkan Iwan Cepi Murtado, putra dari mendiang Murtado alias
Macan Kemayoran. Hubungan Murtado dengan Haji Darip terjalin ketika perang melawan Belanda. Murtado berkongsi dengan Haji Darip menyelundupkan senjata untuk pejuang di Bekasi pimpinan Kiai Haji Nur Ali.
Senjata-senjata itu disembunykan di antara tumpukan beras. "Babe pernah kerja sama dengan Haji Darip Klender untuk menyelundupkan senjata. Haji Darip mengamankan senjata biar lolos," kata Iwan Cepi Murtado saat ditemui di kediamannya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Namanya juga mentereng di Bekasi. Kepala daerah pertama Bekasi Haji Nausan, jawara Betawi, merupakan salah satu murid Haji Darip. "Dulu ada Klender masih masuk wilayah Bekasi, masih guru papi juga. Haji Darip namanya," ujar anak lelaki Haji Nausan, Muhammad Safi'ie saat ditemui di rumahnya, Kampung Gabus, Bekasi, Jawa Barat.
Ada begitu banyak cerita soal kesaktian Haji Darip, termasuk saat dipenjara. Dia pernah dijebloskan ke dalam penjara Glodok, Jakarta. Meski begitu dia masih bisa bebas bekerliaran dan menemui keluarganya di Klender.
Para sipir penjara juga kebingungan. Haji Darip kerap salat tahajud di luar penjara dan kembali masuk ke dalam sel sesuadah itu. "Babe bisa menghilang. Pernah waktu dipenjara dia sering keluar, tapi balik lagi nggak kabur," kata Haji Uung. Bekas penjara Glodok itu sekarang menjadi pusat belanja barang-barang elektronik kesohor dengan sebutan Harco Glodok.
Kisah lainnya saat hendak menyerang pasukan jepang di Pangkalan Jati. Seluruh anak buah Haji Darip dimandikan kemudian diisi ilmu kekebalan tubuh. Semua dites tak mempan dengan senjata tajam. "Anak buahnya diperintah untuk menyerbu dan mengusir tentara Jepang di Pangkalan Jati, Pondok Gede, " ujar Haji Uung. [fas]
Rabu, 13 Agustus 2014 10:01
Reporter : Arbi Sumandoyo
Klender : Peristiwa Rengas Dengklok
Merdeka.com - Ketika Soekarno
bersama Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan, Haji Darip hadir di
sana. Dia bercelana pendek namun tidak banyak orang mengenali dia.
Dari catatan merdeka.com, Soekarno memang dikenal dekat dengan tokoh agama, seperti Kiai Haji Agus Salim, Kong Usup dari Depok dan Guru Mujib dari Tanah Abang, Jakarta Pusat. Guru Mujib dan Kong Usup merupakan guru spiritual Soekarno. Proklamator itu rajin mengunjungi keduanya untuk meminta masukan dalam memimpin bangsa ini. Namun ada satu lagi orang dekat Soekarno, yakni Haji Darip.
Haji Uung, membenarkan kedekatan ayahnya itu dengan Soekarno. "Pak Karno dulu sering komunikasi dengan Haji Darip," kata Haji Uung saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Dia masih ingat cerita dari keluarga, Soekarno pernah meminta Haji Darip mengawal perjalanannya menuju Bekasi karena masih banyak bandit. Waktu itu Soekarno berniat naik kereta, namun diurungkan karena banyak bandit berkeliaran.
Akhirnya Soekarno ke Bekasi naik mobil. Mulai dari Jakarta hingga pulang lagi, dia ditemani Haji Darip. "Pak Karno diantar sampai Bekasi menggunakan mobil," ujar Haji Uung.
Kedekatan Haji Darip dengan Soekarno bukan hanya sebatas itu. Menjelang proklamasi kemerdekaan, Soekarno pernah datang menemui Haji Darip untuk berkomunikasi mengatur strategi peperangan. Haji Darip juga menjadi saksi saat penunjukan Soekarno dan Hatta untuk memimpin negeri ini.
Haji Darip sudah tahu rencana proklamasi itu jauh-jauh hari. Namun kabar itu dia rahasiakan lantaran tentara Jepang masih menguasai pinggiran Jakarta.
Sepekan sebelum deklarasi di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, Haji Darip menyambangi camat Klender. Dia meminta semua makanan dan pakaian jangan dibagikan sebelum ada perintah dari dirinya. Dia mengancam camat Klender itu memilih golok atau berpihak kepada Indonesia.
Haji Darip juga mendatangi kantor polisi meminta senjata-senjata jangan diserahkan kepada Jepang namun diberikan kepada rakyat. "Babe juga pergi ke penjara Cipinang meminta semua tawanan dilepaskan saat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan," tutur Haji Uung.
Saat itu juga Klender menjadi basis persenjataan dan makanan ketika situasi mulai memanas "Gudang-gudang beras dijaga agar pangan tidak bisa keluar dari Klender," tulis
Ahmad Fadli dalam bukunya Ulama Betawi: Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20.
"Haji Darip menjadi saksi hidup ketika para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia," kata Fadli.
Saat mendesak penculikan oleh tokoh-tokoh pemuda itu, Haji Darip meminta agar Soekarno-Hatta ditempatkan di rumah milik warga Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Sehabis deklarasi kemerdekaan, Soekarno menemui Haji Darip dan meminta rakyat di timur Jakarta itu ikut membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia. [fas]Rabu, 13 Agustus 2014 10:34 Reporter : Arbi Sumandoyo
Dari catatan merdeka.com, Soekarno memang dikenal dekat dengan tokoh agama, seperti Kiai Haji Agus Salim, Kong Usup dari Depok dan Guru Mujib dari Tanah Abang, Jakarta Pusat. Guru Mujib dan Kong Usup merupakan guru spiritual Soekarno. Proklamator itu rajin mengunjungi keduanya untuk meminta masukan dalam memimpin bangsa ini. Namun ada satu lagi orang dekat Soekarno, yakni Haji Darip.
Haji Uung, membenarkan kedekatan ayahnya itu dengan Soekarno. "Pak Karno dulu sering komunikasi dengan Haji Darip," kata Haji Uung saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Dia masih ingat cerita dari keluarga, Soekarno pernah meminta Haji Darip mengawal perjalanannya menuju Bekasi karena masih banyak bandit. Waktu itu Soekarno berniat naik kereta, namun diurungkan karena banyak bandit berkeliaran.
Akhirnya Soekarno ke Bekasi naik mobil. Mulai dari Jakarta hingga pulang lagi, dia ditemani Haji Darip. "Pak Karno diantar sampai Bekasi menggunakan mobil," ujar Haji Uung.
Kedekatan Haji Darip dengan Soekarno bukan hanya sebatas itu. Menjelang proklamasi kemerdekaan, Soekarno pernah datang menemui Haji Darip untuk berkomunikasi mengatur strategi peperangan. Haji Darip juga menjadi saksi saat penunjukan Soekarno dan Hatta untuk memimpin negeri ini.
Haji Darip sudah tahu rencana proklamasi itu jauh-jauh hari. Namun kabar itu dia rahasiakan lantaran tentara Jepang masih menguasai pinggiran Jakarta.
Sepekan sebelum deklarasi di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, Haji Darip menyambangi camat Klender. Dia meminta semua makanan dan pakaian jangan dibagikan sebelum ada perintah dari dirinya. Dia mengancam camat Klender itu memilih golok atau berpihak kepada Indonesia.
Haji Darip juga mendatangi kantor polisi meminta senjata-senjata jangan diserahkan kepada Jepang namun diberikan kepada rakyat. "Babe juga pergi ke penjara Cipinang meminta semua tawanan dilepaskan saat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan," tutur Haji Uung.
Saat itu juga Klender menjadi basis persenjataan dan makanan ketika situasi mulai memanas "Gudang-gudang beras dijaga agar pangan tidak bisa keluar dari Klender," tulis
Ahmad Fadli dalam bukunya Ulama Betawi: Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20.
"Haji Darip menjadi saksi hidup ketika para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia," kata Fadli.
Saat mendesak penculikan oleh tokoh-tokoh pemuda itu, Haji Darip meminta agar Soekarno-Hatta ditempatkan di rumah milik warga Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Sehabis deklarasi kemerdekaan, Soekarno menemui Haji Darip dan meminta rakyat di timur Jakarta itu ikut membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia. [fas]Rabu, 13 Agustus 2014 10:34 Reporter : Arbi Sumandoyo
Klender : Peziarah
ZIARAH KE MUJAHID BESAR JAKARTA AS-SYAIKH KH DARIP, MACAN BETAWI DARI KLENDER JAKARTA TIMUR
Pada
era kemerdekaan nama Pejuang Sejati ini begitu sangat dikenal oleh
kawan maupun lawan. Bersama dengan KH Hasbullah Klender dan KH Noer Ali
Ujung Harapan kiprah mereka begitu dikagumi karena kegigihan
perlawanannya. Belanda bahkan menyebut ulama ini sebagai sosok yang
keras kepala. CRIBB seorang penulis sejarah bahkan mengkategorikan dirinya sebagai "Jagoan" pada era Revolusi.
Nama KH Darip sebenarnya sudah lama saya ketahui. Sejak SMA saya sudah
mengenal sejarahnya. Saya baru mulai serius mempelajari tentang beliau
setelah menemukan beberapa data sejarah yang tertulis di beberapa
catatan keluarga besar KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi. Nama KH
Darip ternyata masuk jaringan perjuangan keluarga besar keturunan
Mujahid Jayakarta yang tersebar di seantero wilayah. Domiisilinya yang
tidak jauh dari Jatinegara Kaum semakin menegaskan hubungan beliau
dengan kaum "Punti" mujahid Jayakarta (Jakarta). Fakta adanya hubungan
ini semakin kuat manakala saya dapati info dari Almarhum KH Murtadho
jika KH Darip ternyata murid dari Waliyullah Syekh Abdullah Ghani dari
Kayu Putih Jakarta Timur. Syekh Abdullah Ghani atau Guru Gani adalah
masih terhitung paman dari KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi.
Kecintaan saya terhadap beliau semakin kuat manakala pada sebuah tulisan
saya dapati kalau KH Darip pernah belajar silat di tanah kelahiran saya
Matraman. Aliran silat Matraman memang pada abad 19 dan awal abad 20
banyak dipelajari. Aliran silat ini adalah milik Pangeran Djoned bin
Pangeran Diponegoro.
KH Darip adalah sosok besar, perlawanannya terhadap Belanda dikenal
cukup berani, bagi beliau peluru Belanda hanya merupakan maenan anak
kecil. Beliau bahkan pernah berhadapan langsung dengan limpahan peluru
dan tank namun semua itu tidak berpengaruh apa apa buat beliau. Beliau
dalam sejarahnya dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Namun jangan
dikira, sekalipun rendah hati namun jika sudah berurusan dengan amar
ma'ruf nahi mungkar beliau bisa keras seperti Singa. Ulama lulusan
Mekkah ini memang dikenal berwatak tegas terhadap kezaliman penjajah.
Di akhir hidupnya, beliau berpesan agar dimakamkan di tanah kelahirannya
saja, beliau tidak ingin dimakamkan di TMP KALIBATA. Beliau tidak ingin
merepotkan yang ditinggalkan, padahal kalau beliau mau fihak TMP
Kalibata sudah menyiapkan liang lahat untuknya mengingat beliau adalah
seorang pejuang besar 45. Namun KH Darip tetaplah figur yang tawadhu,
baginya lebih bahagia jika dimakamkan di tanah Klender, bumi
kelahirannya...
Saya beruntung bisa berziarah ke makam Pahlawan Besar Betawi ini..
Al Fatehah untuk As-Syaikh KH Darip bin Kurdin...
Klender : Aswaja
Posted: April 30, 2015 in KONTRIBUSI ULAMA ASWAJA, MANAQIB & BIOGRAFI, TOKOH, ULAMA ASWAJA PEJUANG NKRI
Tag:PAHLAWAN
0

Hanya beberapa saat setelah Bung Karno dan Bung Hatta mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia, suasana di Tanah Air, khususnya di Jakarta, terjadi berbagai pergolakan. Apalagi tidak lama kemudian, pasukan Belanda dengan mendompleng sekutu turut mendarat ke Jakarta.
Rakyat yang tidak ingin lagi melihat negerinya dijajah, melakukan perlawanan. Di Jakarta, di antara para ulama dan mualim yang menghimpun para pemuda untuk siap mati membela negara, ada nama Haji Mohammad Arif. Ia lebih dikenal dengan sebutan Haji Darip. Nama itulah yang kini diabadikan sebagai nama jalan di daerah Klender menuju arah Bekasi.
Haji Darip adalah putra asli Betawi yang lahir pada tahun 1886. Ia adalah sosok yang sangat disegani di wilayah Klender, Bekasi, dan sekitarnya. Selain dikenal sebagai mubaligh, ia juga seorang yang memiliki ilmu main pukulan (ilmu silat) yang lihai. Begitu sekutu mendarat, ia memutuskan untuk turut angkat senjata mempertahankan kemerdekaan. Dengan prinsip “mencintai Tanah Air merupakan bagian dari iman”, ia membakar semangat ratusan pemuda dari Klender dan sekitarnya. Namanya yang sudah dikenal membuatnya dalam waktu singkat mengumpulkan banyak pengikut.
Mereka lalu menghimpun diri dalam BARA (Barisan Rakyat) yang dipimpin Haji Darip sendiri dan para pemuda dari Menteng 31 yaitu Maruto Nitimihardjo, Sjamsuddin Can, Sidik Kertapati dan MH. Lukman. Secara umum BARA diberi tugas “memobilisasi penduduk”. Namun tugas utamanya adalah bekerjasama dengan para gerombolan setempat yang sudah diketahui pemimpinnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya dikampung-kampung sebelah timur Jakarta. Adalah Syamsudin Chan yang khusus secara aktif dipinggiran timur kota Jakarta, mendorong para pemimpin lokal untuk menyatakan dukungan pada Rapublik dan membangun kontak jaringan diwilayahnya. Langkahnya ini didasarkan pada hubungan yang telah lama dibina dengan Muhammad Yamin dan para pengikutnya sebelum masa perang. Mereka terlibat dalam pertempuran di beberapa front di kota Jakarta. Haji Darip sendiri saat itu dijuluki “Panglima Perang dari Klender”.
Sebuah brosur dari Angkatan 45 Daerah Khusus Ibukota tanggal 17 Agustus 1985 — empat tahun setelah Haji Darip meninggal dunia — menyebutkan, almarhum pada zaman penjajahan Belanda (sebelum perang dunia kedua), berjuang bersama Bung Karno bergerak di bawah tanah, terutama di Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ketika pendudukan Jepang, menyaksikan kekejaman pasukan Dai Nippon ini, Haji Darip memimpin masyarakat di Klender dan menghimpun para narapidana dan napi Rutan Cipinang untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Rumahnya berdekatan dengan stasiun kereta api Klender, setelah melewati Jl Pisangan Lama, Jakarta Timur. Menurut H Uung, ayahnya benar-benar berjuang lillahi ta’ala, sama seperti para ulama Betawi lainnya yang turut terlibat dalam perang kemerdekaan. Begitu tawaduknya, mereka tak mau menonjolkan diri usai perang dan namanya hilang dalam catatan sejarah. Semangatnya yang tidak pernah henti untuk mengusir penjajah, didasarkan pada ajaran agama bahwa penjajahan yang mengeksploitasi manusia tidak dibenarkan dalam Islam.
Sebelum menjadi ulama di Jakarta, Haji Darip selama bertahun-tahun menjadi mukimin di Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Selama di sana, dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Islam dari berbagai negara. Inilah yang mengilhaminya untuk turut terlibat dalam pergerakan kemerdekaan sekembalinya ke Tanah Air. Ia mengawali perjuangan dengan berdakwah di sebuah musala kecil — kini berubah menjadi Masjid Al-Makmur yang cukup megah — di Klender. Di sini bergabung juga sejumlah ulama dari Klender yang juga pejuang seperti KH Mursidi dan KH Hasbiallah.
Ketika Jakarta dikuasai serdadu NICA Belanda yang mendompleng tentara sekutu, Haji Darip dan kawan-kawannya itu hijrah ke pedalaman Cikarang – Karawang – Purwakarta dan membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia). Dari tempat persembunyiannya, dengan pangkat Letnan Kolonel Tituler — ia bermarkas di Purwakarta dan menyususn strategi melawan NICA. Tahun 1948, setelah selama tiga tahun tidak henti-hentinya melawan pasukan Belanda, ia pun tertangkap. Kemudian dibawa ke Jakarta dan dipenjara di rumah tahanan Glodok (kini merupakan bagian dari pertokoan Harco). Lebih dari setahun ia mendekam di penjara Glodok, sebelum akhirnya dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan akhir Desember 1949.
Sewaktu dia masih memimpin pergerakan dari Klender, banyak para pemimpin yang datang kekediamannya, seperti Sukarni dan Pandu Kartawiguna. Kedua tokoh Partai Murba menjelang 17 Agustus 1945 menyatakan kepadanya bahwa sebentar lagi Indonesia akan merdeka, dan mereka membicarakan pengusiran orang Jepang. Sejumlah tokoh masyarakat mengetahui bahwa Jepang sudah menyerah setelah di bom sekutu pada 6 Agustus 1945. “Kemudian saya panggil buaye-buaye sini. Dari mana-mana dari hutan-hutan juga (60 tahun lalu Klender masih merupakan perkampungan dan perkebunan), Mereka datang atas panggilan saya. Saya bicarakan soal pengusiran orang-orang Jepang,” ujar Haji Darip seperti dikutip sebuah harian yang terbit tahun 1950.
Haji Darip merupakan tokoh tunggal daerah Klender yang ikut menentukan jalannya sejarah Proklamasi kemerdekaan. Dan dia merupakan salah satu tokoh Jakarta asli yang benar benar berjuang dan berperang demi lestarinya Indonesia Merdeka.
Sangat menarik sekali mengikuti kisah hidup patriot kita yang seorang diri ini. Dia seorang tokoh yang self-made, yang tumbuh dari rakyat dan akhirnya memimpin rakyat sekitarnya. Dia buta huruf dan tak pernah menginjak bangku sekolah, tetap akan kita ketahui bahwa ia itu ulung dan jitu dalam tekad perbuatannya untuk bejuang dan berperang maupun dalam pembicaraannya yang taktis dan diplomatis. Dia punya wibawa pula untuk menggerakan api semangat rakyat yang terus berkobar. Dan orang pertama yang dapat melihat potensi pejuang klender ini adalah Sukarni, Kamaludin serta Pandu Kartawiguna.
Jika Haji Darip merintah kan anak buahnya yang mayoritas adalah para buaye, demikian julukan untuk para jagoan, maka mereka berbuat lebih dari satu itu, orang orang Jepang itu tidak hanya diserbu dan usir tetapi dibunuh, akan tatapi keadaan ini oleh haji Darip tidak disesalkan, akan tetapi ia pun mengerti akan dendam anak buahnya, lagi pula mereka dibunuh untuk tidak terbunuh, seperti dilaporkan oleh anak buah nya, jika Jepang- Jepang itu tidak dibunuh sudah pasti merekalah yang terbunuh karena Jepang mempunyai senjata api sedang mereka hanya mempunyai kekuatan fisik dan golok saja.
Sumur ditempat itu tidak ada yang mau minum air lantaran penuh bangke orang Jepang ”kata Haji darip. Demikian juga sungai sunter penuh dengan bangkai tentara Jepang.
Ada kejadian lain yang terjadi pasca proklamasi Kemerdekaan yaitu pada tanggal 19 Oktober 1945, 68 pengawal Angkatan Laut Jepang dibantai dibekasi didalam perjalanan ke Penjara Ciater dan pada tanggal 23 November 1945, sekelompok tentara Hindia-Inggris dibantai setelah pesawat Dakota yang mereka tumpangi jatuh di dekat Bekasi.
MENGUMPULKAN SENJATA
H. Darip sudah berhasil mengerahkan rakyat yang dihimpun dan dipimpinnya untuk menghabiskan orang-orang Jepang yang bertugas di pinggiran. Kini otaknya mulai jalan. Kekuatan rakyat tak seberapa jika jika tidak dilengkapi dengan senjata.
Bagaimana pula caranya ia mendapatkan senjata? Lagi pula ia pun harus memikirkan perlengkapan logistik. Senjata dan persediaan makanan harus cukup jika Klender ingin melawan Jepang.
Kira-kira seminggu sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Haji Darip mendatangi camat Klender. Ia sudah sudah punya pemikiran dan rencana.
Pemikiran seorang pemimpin rakyat. Ia sudah tahu Indonesia bakal merdeka dan dia Hakkul Yakin bahwa Indonesia pasti merdeka. Berkatalah ia pada Camat!
“Sekarang ente mau turut perintah siapa?” Dia bingung tak bisa jawab. Lalu saya katakan padanya bahwa segala pakaian rakyat yang bakal dibagikan jangan dikeluarkan sepotongpun. Wah, rakyat pada telanjang, pakai karung atau pakai pakaian karet. Tetapi pakaian bertumpuk di kecamatan. Saya suruh camat menyimpannya baik-baik, bakal rakyat nanti kalau saatnya tiba,”kata Haji Darip.
Ia juga mendatangi kantor polisi, masih kantor polisi di bawah kekuasaan Jepang. Komandannya juga ditanya, dia bakal turut perintah siapa. Sang Komandan polisi itu ketakutan. Pastilah di sudah mendengar kemasyuran nama Haji Darip yang mulai mengharum di Klender khususnya dan Jakarta pada umumnya. Ia bertanya kebingungan akan ada apa sebenarnya.
Memang pada masa itu rakyat Klender tak ada yang tahu bahwa Indonesia akan merdeka dan akan segera memproklamirkan kemerdekaan.
Hanya Haji Darip yang tahu dan ia tutup mulut demi selamatnya semua rencana. Tetapi rakyat sudah ada di belakangnya dan mendukung semua gerak serta perintahnya. Kepada Komandan polisi Jepang itu pun (Komandannya orang Indonesia) ia tak mengatakan bahwa akan terjadi ini dan itu. Ia hanya meminta supaya senjata-senjata yang ada dikantor polisi jangan diserah kan kepada siapa-siapa, jangan diserahkan kepada jepang, melainkan harus diserahkan kepada rakyat nanti. Haji Darip cukup pandai dengan segala siasatnya. Ia menyuruh komandan polisi membuat pernyataan dan membubuhkan tanda tangannya untuk menyerahkan senjata kepada rakyat.
Dari situ Haji Darip pergi ke Seksi tujuh: “ Yang ada di situ adalah Darmatin dan Juhra anak Banten dan sukahar. Sukahar yang sekarang Jenderal itu. Saya tak tahu waktu itu! Setelah berbicara dengan mereka akhirnya saya katakan bahwa apapun senjata yang ada di situ, granat atau lainnya, serahkan saja kepada rakyat. Mereka bertanya senjata itu akan diserahkan kepada siapa dan kapan. Apa sekarang? Saya katakan jangan sekarang tapi nanti.”
Kemudian Haji Darip menuju bui atau penjara Cipinang. Direkturnya diberi tahu hal yang sama dengan apa yang dikatakan pada Camat, Kepala polisi maupun Komandan Seksi VII. Pada saatnya pula nanti Haji Darip meminta agar para tahanan dilepaskan. Ia juga datang ke Seksi V dan melakukan hal yang sama.
Hari Proklamasi makin dekat dan keadaan makin panas saja. Tetapi dia telah mempersiapkan anak buah nya. Dia juga mendatangi gudang-gudang beras di Klender untuk memblokir beras yang ada jangan sampai dikeluarkan, jangan sampai pula keluar dari klender. Maka jadilah Klender wilayah pertahanan yang merupakan gudang makanan dan persenjataan ala kadarnya.
“Ka Djakarta, ka Djakarta
Kita menjerboe!
Ka Djakarta, ka Djakarta
Kita menggempoer moesoeh!”
Source: kissanak.wordpress.com
Klender : Enyak Sarfinah
Nyak
Sarfinah adalah atu-atunye saksi mate nyang masih idoep atas perjuangan
ame kesaktian H. Darip (alm). Umurnye sekarang sekitar 85 taon. Nyak
Sarfinah entu bini ketiga atawa keempat dari H. Darip, gak ade yang tau
berapa tepatnye semue bini dari H. Darip.
Tempo
zaman Belande, kalo terang bulan di Betawi, biasanye bocah-bocah ame
remaja Betawi pade ngumpul dan maen di plataran rume, nyang rate-rate
emang loas. Orang tue perempuan ame perawan Betawi biasanye pade nganam
(menganyam) tiker pandan di paseban rume. Sebage kembang kampung waktu
ntu, banyak lelaki nyang pade dekitin sambil pura-pura bantuin Sarfinah
mude nganam tiker.
Bebenye
Nyak Sarfinah punya name Babe Sarbinih pedagang beras. Pade suatu
kutika, Nyak Sarfinah di suruh ngirim beras ke Jatinegara Kaum, buat
laskar Klender pimpinan H. Darip. Tempo entu banyak orang nyang suka
rela ngasih hasil bumi buat perjuangan rakyat. Sekarung beras nyang
dibawa Nyak Sarfinah dari kampung Bulak diterime H. Darip di rumenye.
Ngeliat Sarfinah mude nyang jadi kembang kampung, demenlah H.Darip. H.
Darip trus nulis surat buat Babe Sarbinih dan ngasi duit ame Sarfinah
muda.
“ Kate babe, nih beras buat pasukan, Bang, jadi gak usah bayar, “ kate Sarfinah mude.
“ Bukan, ntu buat elu jajan, pegang aje, trus kasi nih surat buat babe luh!” jawab H. Darip.
Sejak
ntu, tiap bulan puname di rume Nyak Sarfinah jadi sepi, rupenye Babe
Sarbinih nerima surat pinangan dari H. Darip. Kaga ade lagi anak mude
nyang berani deketin Sarfinah mude. Kutika nike dengan H. Darip umur
Nyak Sarfinah baru limabelas taon. H. Darip sendiri ude berumur 50 atawa
60 taon.
Kaga
sempet bulan madu, karena suasane perang dengan Belande, menuntut H.
Darip buat pinde ke Purwakarte. Di Purwakarte juga belon kondusif bener.
Perne waktu lagi masak, Nyak Sarfinah disuruh kemas-kemas buat pinde,
barang-barang suruh ditinggalin aje. Kate H. Darip bentar lagi Belande
mao nyerang. Bener aje, waktu mereka meninggalkan kire-kire satu
kilometer, ntu rume ude dibom Belande. Tapi Sarfinah mude dan H. Darip
selamet. Dalam perjuangan enilah, H. Uung anak lelaki pertama H. Darip
lahir.
Setelah
kejadian entu, mereka akhirnye pindah ke suatu tempat (masih tetap di
wilayah Purwakarte sekarang) di sebuah rume besar milik orang Belanda
yang mampu di usir pasukan H. Darip. Di situ tinggal H. Darip bersama
empat orang bininye.
Bukan
cuman ntu cerita tentang H. Darip nyang ke luar dari cerita Nyak
Sarfinah. Perne suatu kutika Nyak Sarfinah diajak ke Jakarte buat
ketemu- pasukan pasukan laen, dari macem-macem daerah di Betawi. Pas
pulang ke Purwakarta, sepuluh pasukan nyang ikut dipertemuan itu
keponggok Belande, sepuluh orang pasukan H. Darip tewas, Nyak Sarfinah
ngumpet di semak-semak. Cerita nyang ke luar dari mulut Nyak Sarfinah
adalah H. Darip kaga mempan ditembak. Sepuluh pasukannye mati ama
Belanda, Tapi Se-truk pasukan Belande juga mati di tangan H. Darip.
Akhirnye mereka cuman pulang bedua ke rume di Purwakarte.
Belande
kaga perne bise nangkep H. Darip, kecuali mereka make tipu muslihat.
Seminggu seude entu dateng tiga orang ke rume H.Darip. Mereka bilang mao
ade lagi pertemuan di Jakrate, orang nyang dateng ngaku sama-sama
pejuang dari Betawi. Berangkatlah H. Darip ke Kota. Cuman kali ini die
berangkat ditemenin sedikit pasukan. Sesampenye di Kota ternyate ude
siap Belande ame sekian banyak pasukannye. H. Darip akhirnye ditangkep
dan dipenjara di Glodok selame dua taon. Enilah nyang akhirnye bikin
Nyak Sarfinah berpisah dari H. Darip. Enih cuman sedikit dari cerita
perjuangan H. Dari di masa Belande, belon masuk ke zaman Jepang ame
pasca kemerdekaaan.
H.Darif
ntu adalah fakta sejarah, die beber-bener perne ade di Betawi, di
meninggal taon 1981 di Klender. Pasca kemerdekaan H. Darip lebih banyak
ngajar ngaji ame ngajar maen pukul (silat) di Klender. Maen pukul H.
Darip beda dari aliran maen pukul nyang laen. Mangkenya namenye jadi
“Maen Pukul Gaye H. Darip” bukan aliran Cingkrik, Beksi atawa nyang
laen. Peninggalannya ntu masih terus dilakonin anak cucu H. Darip sampe
sekarang. (H/H).
Sumber : http://portalbetawi.com/blog/nyak-sarfinah-baba-luh-kaga-mempan-ditembak-tong/
Langganan:
Komentar (Atom)




































